Prolog

5.4K 253 69
                                    

Lisa sedang menangis, di bawah sinar rembulan di tepi danau. Bersama Glen di sisi kirinya dan Sakti yang di sisi kanannya.

"Udah Sa, lo jangan nangis terus," ucap Sakti, sambil menepuk-nepuk bahu Lisa.

"Gak peka banget sih! Orang lagi sedih di suruh udahan!" ucap Glen dengan nada berteriak.

"Ya udah lanjut."

"Wah nyepelein lo."

"Yaudah gue diem."

"Eh si anjing! Lo malah diem bukannya ngehibur."

"Ya udah gue nyemplung aja ke kolam."

"Cakep." Glen mengacungkan jempolnya.

Lisa yang menangis, menggeram kesal. Kini dia malah ingin membunuh dua orang gila itu yang malah bercanda, bukannya menghibur dirinya yang sedang bersedih.

"Sebenernya lo di sini itu apa sih?!" teriak Lisa geram.

"Apaan ya kita Sak?" Glen mendelikkan dagunya pada Sakti.

"Tukang gorengan."

"Beli dua dah."

"Tiga aja. Biar gak nanggung kembaliannya."

"BANGSAT!" teriak Lisa geram mendengar ocehan dua orang gila itu.

Kini, kesedihan Lisa hilang. Ya, hilang, tapi di ganti oleh kekesalan dan kegeraman yang memuncak di pucuk kepalanya.

Rasanya, Lisa ingin melempar dua laki-laki gila itu ke danau yang ada di depannya. Hanya saja, mereka terlalu berat untuk di bawa.

Sementara itu. Mereka bertiga. Lisa, Glen dan Sakti, tidak menyadari kehadiran Sky yang berdiri di belakang pohon mengamati mereka sedari tadi.

"Orang stres," gumam Sky, sambil tersenyum miring.

Sky mengira, dirinya sedang mengamati mereka bertiga tanpa ketahuan. Tapi sayang, Sky tak menyadari bahwa ada seseorang yang mengamatinya juga.

Dengan tudung hoodie yang menutupi kepalanya, orang itu memperhatikan Sky di samping motornya.

"Cocok kalo gue jadi agen CIA," gumam orang bertudung itu lalu pergi dengan sepeda motornya.

-oOo-

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang