Bab 3

1.5K 132 33
                                    

Jika kamu, tidak bisa mendekati orang yang kamu suka, maka dekati keluarganya. Setidaknya, jika kamu dekat dengan keluarganya, itu akan menjadi peluang besar bagimu.

Malam itu, Rian, kakaknya Lisa berjalan ke arah kamar adiknya yang ada di lantai dua. Dia berjalan menaiki tangga sampai akhirnya tepat berada di depan pintu kamar adiknya.

Rian membuka pintu kamar adiknya, memperlihatkan Lisa yang sedang tiduran di kasur sambil bermain HP.

Lisa menyadari kehadiran Rian, namun memilih untuk tidak menghiraukannya. Dia terus fokus pada ponselnya, sambil senyum-senyum sendiri melihat sesuatu.

Merasa tak di anggap oleh adiknya, Rian mengambil HP Lisa paksa. Dia melihat, jika adiknya sedang men-stalk sosial media bernama Putra Sky Sadewa.

"Anjir stalking, lo?" tanya Rian, menggoda. Tidak lupa, dengan senyuman miringnya yang penuh kemenangan.

"Apaan sih! Siniin ah!"

"Eit. Kok gak di jawab?"

"Bukan urusan lo."

"Cinta bertepuk sebelah tangan ya dek?" Rian menaik-turunkan alisnya, menggoda Lisa.

"Bangsat! Apaan sih ah! Siniin!" bentak Lisa keras.

"RIAN! LISA! BERISIIKKKKK!!!!"

Mereka berdua terdiam. Terdiam mendengar teriakan ayahnya yang menggelagar itu dari bawah sana. Ya, mereka diam dan merasa takut.

"Lo sih," ucap Lisa, sambil merebut HP miliknya.

"Kok gue sih?"

"Terus siapa lagi?"

"Tukang sate kek."

"Apa urusannya anjir?"

"Kali aja lo mau beli sate."

Lisa diam. Dia tidak menjawab ucapan kakaknya. Lisa tau, tidak akan ada ujungnya jika terus meladeni laki-laki yang ada di hadapannya itu.

Meladeni Rian, sama saja meladeni Devon dan komplotannya yang gila itu. Mereka sama-sama menyebalkan bagi Lisa.

Terutama, Lisa masih kesal pada kakaknya yang tadi sangat akrab dengan Devon. Lisa cemburu? Ya, mungkin saja. Tapi bukan cemburu pada Devon, tapi cemburu pada kakaknya.

"Adek lo itu siapa? Gue apa Devon?" batin Lisa, saat tadi siang Devon ada di rumahnya mengobrol dengan kakaknya.

"Lo mau ngapain sih kesini?!" ucap Lisa tidak suka.

"Kok ngegas?"

Lisa diam. Dia menatap kakaknya tajam. Menukik sudut kiri bibirnya, dan membulatkan matanya memelototi Rian.

"Gue mau ngobrol dikit," ucap Rian.

"Apaan?"

"Sensi amat. Dateng bulan ya?"

"Kak!"

"Dek!"

"Serius deh kak. Nanti ayah marah lagi," ujar Lisa.

Rian duduk di tepi ranjang. Di samping Lisa. Mereka duduk bersebelahan kini.

Rian menatap Lisa. Sementara Lisa juga menatapanya, menunggu apa yang ingin di bicarakan oleh kakaknya itu.

Tapi... Suasana malah hening. Mereka berdua terdiam dalam kebisuan dan tak ada yang memulai pembicaraan.

Sampai akhirnya-

"Temen lo yang tadi siapa namanya?" tanya Rian.

Lisa melebarkan matanya. Menatap Rian kaget. Ya, dia kaget dan tersentak mendengar pertanyaan kakaknya.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang