Bab 7

996 95 17
                                    

Jika kamu menanam padi, maka kamu akan memanen padi. Apa yang kamu tanam, itu yang kamu petik.

Jika kamu berbuat baik, maka kebaikan itu akan berbalik padamu. Jika kamu berbuat kejahatan, maka itu juga akan berbalik padamu.

Malam itu, Devon berjalan keluar dari sebuah diskotik. Berjalan lunglai dalam keadaan mabuk dan tidak tahu arah. Untungnya, dia tidak membawa kendaraan. Jadi dia tidak meninggalkan kendaraanya disana.

Devon berjalan, berjalan di bawah cahaya rembulan yang menerangi malam itu. Berjalan dengan penuh beban pikiran yang menumpuk di kepalanya.

Tidak sengaja, waktu itu Tegar sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Sakti. Dia baru selesai berkumpul bersama temannya, Sakti, Glen dan Beni. Sedangkan Devon dan Deden tidak tahu kemana saat itu.

Tegar menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lalu dia menghentikan mobilnya ketika melihat Devon yang tergeletak di pinggir jalan.

Tegar turun dari mobilnya, lalu menghampiri Devon. Dia berusaha membangunkan Devon, tapi sepertinya anak itu mabuk berat dan tertidur.

Tegar mengangkat tubuh Devon yang bau alkohol itu. Dia mengangkatnya, dan membaringkannya di jok belakang.

"Kenapa mabuk? Apa itu kebiasaanmu? Kuyakin kamu tidak seperti itu. Pasti ada beban yang kamu simpan, kan? Apa karena di tolak cinta oleh Lisa? Kamu memang pecandu rokok, tapi aku yakin bukan pecandu alkohol dan miras," gumam Tegar dalam hatinya sambil melihat Devon yang tak sadarkan diri.

-oOo-

Devon bangun sambil memegangi kepalanya yang terasa agak pusing. Dia melirik sekitarnya, dan kebingungan kenapa dia ada di ruangan yang tak di kenalinya.

"Gue bolos lagi, sial," ujar Devon, ketika melihat jam dinding yang ada disana telah menunjukkan pukul 10:15 pagi.

Tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka. Menampilkan sesosok orang yang belum lama di kenalnya itu. Ya, itu Tegar, atau biasa di panggil Bisu oleh Devon.

"Ini rumah lo?" tanya Devon ketika Tegar menghampirinya.

Tegar menganggukkan kepalanya, lalu berkata dengan bahasa isyaratnya: "Kamu sudah bangun?"

"Iya udah. Emang lo kira gue lagi ngigo apa?"

Tegar terdiam. Dia tidak menyangka, jika temannya itu mengerti apa yang dia ucapkan.

Tegar menatap Devon lama.

"Ngapain liatin gue?"

"Kamu mengerti apa yang aku ucapkan?" tanya Tegar, menggunakan bahasa isyaratnya.

"Iya gue paham dikit-dikit sekarang," jawab Devon.

"Belajar dari mana?"

"Dapet wangsit semalem."

"Benarkah? Bagaiamana bisa?"

Devon terkekeh."Cih, malah percaya. Gue belajar dari buku yang gue pinjem dari bang Rian, pas kita maen ke rumah Lisa."

Tegar tersenyum lebar, lalu mengacungkan dua jempolnya ke arah Devon.

Devon menunduk.  Wajahnya tampak bersedih, sendu dan seperti ada beban pikiran yang sedang di emban.

Tegar duduk di tepi ranjang, menghampiri Devon lalu bertanya: "Kenapa?" menggunakan bahasa isyaratnya.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang