Bab 17

863 82 1
                                    

Lisa: "Kami segenap keluarga besar Segitiga, mengucapkan selamat hari ibu."

Devon: "Ehem, hari kartini Lis."

Julian: "Cantik-cantik, otak kayak monyet."

Lisa: "Selamat hari kartini."

Glen: "Gue gak di ajakin ngobrol, bro?"

Lisa, Julian, Devon, saling memandang. Kemudian menganggukkan kepala mereka pelan.

Lisa, Devon, Julian : "JOMBLO NGENES!"

Glen: "-_-"

Happy Reading gan

-oOo-

Saat itu semua murid yang akan ikut acara camping di sebuah gunung, sudah berkumpul di lapangan sekolah. Sekitar kurang lebih 150 orang yang ikut dalam acara itu. Baik dari kelas 1 sampai kelas 3 semua di perbolehkan.

Gibran sebagai ketua Osis, sekaligus ketua panitia dari acara ini, mendata semua orang yang ikut.

Semua peserta di beri sebuah gelang. Ada yang mendapat gelang warna biru untuk laki-laki, ada juga yang mendapat gelang warna merah untuk perempuan. Masing-masing gelang, juga punya inisail huruf dan angka untuk menentukan kelompok mereka.

Di sengaja atau tidak, tapi kebetulan saat itu Lisa mendapat gelang dengan inisial A4 bersamaan dengan Tina, Chika, dan 4 orang lagi dari kelas lain yang tidak terlalu mereka kenali.

"Hampura euy telat!"

Suara teriakan dari seseorang  yang sudah familiar bagi semua orang di sana, membuat atensinya teralihkan dan melirik ke arah sumber suara.

Devon, Sakti, Glen, Tegar, Beni, Deden dan Julian. Mereka terlihat tidak membawa tas atau barang apa pun, kecuali Devon yang hanya membawa tas slempang dan tas itu terlihat seperti tidak ada isinya. Sepertinya, mereka tidak ingin ribet membawa barang-barang.

Pandangan semua orang jelas menatap heran, karena Julian ada bersama mereka. Julian datang bersama enam orang itu dengan tangan kiri yang di gips dan hanya mengenakan jaket bulu tanpa memakai baju.

Bagaimana mungkin, Devon dan Julian yang awalnya berkelahi habis-habisan bisa berteman? Jelas itu membuat semuanya kebingungan. Tapi kembali lagi, pada siapa orang yang meraka lihat itu. Itu Devon, dia tidak bisa di tebak dan sungguh hal yang di lakukannya memang sulit di terima akal sehat.

Tanpa basa-basi, dan tak memperdulikan semua mata yang menatap mereka, mereka bertujuh langsung berbaur dengan peserta lain dan berbaris, dengan tidak rapi.

Gibran memberi mereka masing-masing satu gelang. Devon mendapat gelang dengan inisal A1 bersama dengan Julian dan Deden. Sementara yang lainnya mendapat gelang yang berbeda.

"Gelang gue beda nih." Glen menunjukkan gelangnya yang berinisial C5

"Santai," ujar Devon. Lalu, Devon melirik ke arah Julian. "Tangan lo gimana Jul?"

Julian melengkungkan bibirnya ke bawah, mengangkat ibu jarinya terhadap Devon, memberitahukannya agar dia tidak khawatir. Pria bertubuh bongsor itu akan baik-baik saja, meski hanya dengan satu tangan.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang