Bab 9

929 97 21
                                    

Keluarga...

Apa itu keluarga?

Apa semua orang punya keluarga? Tentu saja. Hanya keluarga masing-masing tiap orang berbeda.

Dengan tubuh yang lemas, serta sakit, Devon berjalan lunglai, masuk ke dalam rumahnya. Dia membuka pintu utama, lalu masuk.

"Udah pulang sayang," ucap seorang wanita paruh baya.

Devon tak menjawab. Dia hanya melangkah tanpa menghiraukan perkataan wanita tersebut.

"Devon! Mamah kamu nanya!" bentak seorang pria paruh baya yang duduk di samping wanita tadi.

Devon melirik ke arah mereka berdua. Menatapnya dengan tajam, dan pandangan tidak suka.

"Dia..." Devon menunjuk wanita tadi. "Bukan mamahku."

"Jangan kurang ngajar Devon!" bentak pria itu, yang tak lain adalah ayahnya Devon. Bimo.

Mereka orang tua Devon. Bimo dan Karin. Tapi, Karin adalah ibu tiri Devon.

"Mas udah." Karin mencoba menenangkan suaminya.

Devon semakin menatap Karin dengan pandangan tidak suka. Dia tidak suka, atau mungkin benci pada ibu tirinya itu.

Bimo menghampiri Devon dengan langkah kasar. Dia mendekat ke arahnya. Lalu, setelah tepat di hadapan Devon, tangannya melayang, menampar anak laki-lakinya itu.

"Mas!"

"Kak Devon." Seorang anak kecil berusia Lima tahun berlari dan memeluk Devon. Dia adik tirinya Devon. Namanya Devan.

Devon hanya tersenyum. Dia menatap wajah papahnya dengan tersenyum sinis. Lalu, dia melepaskan pelukan adik tirinya dan melangkah pergi.

Bagi Devon, kekerasan yang di lakukan sang ayah sudah biasa, atau menjadi makanan sehari-hari baginya. Jadi, jika hanya satu tamparan, itu tidak akan mengganggunya sedikit pun.

Devon masuk ke kamarnya. Membanting pintu, dan melempar tubuhnya ke atas kasur.

Devon menatap langit-langit kamar. Membayangkan semua kejadian keras, yang menampar hatinya. Melihat Sakti marah, memukulnya, serta menendangnya hingga mimisan, melihat Lisa berpelukan dengan Sky, dan yang terkahir mendapat tamparan dari papanya.

"Di tampar papah... Udah biasa," gumam Devon. "Tapi kok, dada gue sakit banget, ya, pas di hajar Sakti sama liat Lisa pelukan sama Sky?"

Devon menghela nafas panjang. Memejamkan matanya beberapa saat.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Lebih tepatnya di buka oleh sosok seorang anak kecil, yang tak lain adalah adiknya.

"Kak Devon malah ke Devan?" tanya Devan, dengan ucapannya yang cadel.

Devon bangkit, mendudukkan tubuhnya, lalu mengayungkan tangan tangan pada Devan.

Devan menghampiri Devon. Dia duduk di samping Devon, dengan rasa takut yang ada di hatinya.

Devon merangkul adiknya. "Kakak gak pernah marah sama kamu."

"Kakak benci aku, ya?"

Devon menatap adiknya beberapa saat, lalu tersenyum.

"Kak Devon gak pernah benci sama kamu."

"Terus, kenapa kakak, kayak gak suka sama mamah?"

Devon menghela nafas pelan. Dia memejamkan matanya. Lalu—

"Kata siapa coba?" tanya Devon.

"Aku liat, kakak benci sama mamah."

Devon kembali menatap adiknya. Menghela nafas panjang dan diam beberapa saat.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang