Bab 15

849 79 10
                                    

"Gue denger, keadaan si Lisa jadi parah, ya?"

"Udah mau lahiran?" Glen membulatkan kedua matanya.

Sakti menyeruput kopinya sedikit, lalu menghela nafas pelan. Dia berusaha tidak menghiraukan ucapan temannya yang asal itu.

"Dia udah lima hari gak sekolah," ujar Sakti.

"Bener juga sih," Glen menganggukan kepalanya, "lo, kok, gak pernah bilang kalo waktu kecil lo kenal Lisa."

"Devon yang ngelarang."

Saat itu, Glen, Sakti, Tegar dan Cici sedang berada di rumah Sakti. Setelah pulang sekolah, mereka langsung berkumpul disini.

Sakti sudah sembuh seperti biasa. Dia sudah bisa menjalani hari-harinya seperti semula sejak kejadian di pemakaman bersama Sky.

Sudah hampir seminggu lebih, sejak kejadian di pemakaman itu. Dan sejak saat itu, Sakti juga belum melihat Lisa lagi. Lisa tidak sekolah, bahkan tidak keluar rumahnya sedikitpun.

Seolah hilang di telan bumi, Devon juga belum di temukan hingga sekarang. Tidak ada yang tau kemana dia. Devon seolah memutuskan untuk pergi.

Sakti, Glen dan Tegar sudah tahu tentang Lisa yang ingat akan masa lalunya bersama Devon. Mereka mendapat kabar itu dari Rian, beberapa hari yang lalu, lewat pesan seluler.

Sakti melihat ke belakangnya, ke arah Sofa karena mereka sedang duduk di karpet saat itu. Sakti melihat sosok gadis yang jadi pacarnya tengah tertidur di atas sana.

Meski masih tertidur, gadis kembar itu tetap terlihat cantik dan anggun. Membuat Sakti tersenyum dan menatapnya cukup lama.

"Nanti kalo Cici udah bangun, kita ke rumah Lisa," ucap Sakti.

"Ngapain?"

"Kita nikahin si Bisu sama si Lisa."

Tegar langsung mebuka lebar kedua matanya. Dia menggeleng cepat, sambil mengibaskan kedua tangannya.

Tentu saja tidak mungkin, jiks Sakti akan menikahkannya dengan Lisa. Itu hanya sebuah gurauan belaka.

"Lusa nanti... " Glen menggigit biji kuaci yang ada di tangannya, "acara camp lo pada ikut gak?"

Tegar mengangguk cepat. "Aku ikut, kalian bagaimana?"

"Gue juga ikut. Kalo lo Sak?"

"Lo bisa bahasa isyarat?" Sakti malah balik bertanya, karena kagum melihat Glen yang mengerti bahasa Tegar.

Glen mengangkat kedua alisnya dengan bangga, sambil melengkungkan bibirnya ke bawah.

Tanpa belajar, Glen tiba-tiba bisa dan mengerti bahsa isyarat yang Tegar sampaikan. Mungkin, karena terbiasa bersama, jadi Glen memahaminya secara tidak langsung.

"Gimana, lo ikut gak?" Glen bertanya kembali.

"Gue juga ikut. Soalnya..." Sakti menoleb ke belakang, "Cici juga ikut."

"Bucin." Glen menjitak kepala Sakti.

Sakti memegang kepalanya yang terasa Sakit karena di jitak Glen. Dia mengaduh kecil saat Glen melakukannya.

Kemudian, mereka berdua mengambil rokok yang masih dalam bungkusnya, lalu menyalakannya secara bergantian.

Tegar hanya diam. Dia bukan perokok, jadi hanya menikmati camilan-camilan kecil yang ada disana. Dia menghabiskan banyak kacang yang di suguhkan Sakti.

"Ngomong-ngomong, Cici udah lu apain aja?"

"Baru ciuman sama cipokan doang."

"Serius?"

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang