Bab 18

878 76 7
                                    

Glen: bentar lagi ramadhan uy. 2 hari lagi.

Julian: bodo amat anjing.

Glen: wah wah wah. Gak bener lu jul. Agama lu apaan dah?

Julian: tanya sama authornya lah ajig. Agama kita apaan. Tiap chapter atau bab juga, gak pernah ada yang namanya bawa-bawa agama.

Glen: tau lu thor. Bikin cerita, tapi gak ngasih kita agama anjir!

Author: -_-

Julian: kasih gue agama woi tolol! Nanti gur ibadahnya gimana, kalo gak beragama.

Author: ini cerita fiksi remaja abang-abangku. Bukan religi. Jadi plis gaes, no bawa-bawa agama.

Julian & Glen: AUTHOR GAK DA OTAK!!!

Keesokan harinya, Glen dan Julian masuk rumah sakit karena ada plot twist tak terduga.

Selamat membaca.

-oOo-

Hari sudah mulai sore. Semua peserta perkemahan di anjurkan untuk memasak. Namun, karena Gibran melarang membawa kompor gas, semuanya terpaksa harus memasak menggunakan kayu bakar.

Kayu bakarpun, harus di cari terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa di gunakan. Dalam artian tidak di sediakan oleh panitia acara sedikitpun.

"Kita bagi tugas aja," ucap Tina, selaku ketua di kelompoknya. "Sebagian siap-siapin buat masak, dua orang cari kayu bakar."

"Gue aja yang nyari kayu." Lisa mengangkat tangannya.

"Sama aku juga," ujar Chika.

Mereka menyetujuinya. Lisa dan Chika bergegas mencari kayu bakar ke tengah hutan. Menjauhi area perkemahan.

Perasaan tidak enak muncul di hati mereka berdua masing-masing. Bulu kuduknya berdiri, ketika mengetahui betapa menyeramkannya hutan ini.

Hanya ada pepohonan yang besar, suara-suara desisan hewan. Dingin, mencekam, gelap, padahal hari masih sore. Benar-benar di luar ekspektsasi.

Trak

"Ahhh!" Mereka berdua berteriak bersamaan, padahal hanya menginjak ranting kayu.

Lisa dan Chika mengusap dadanya. Mereka hampir saja jantungan, hanya karena sebuah ranting kayu yang patah. Jiwa penakut mereka memang menghalangi.

Merasa bahwa mereka tidak hanya berdua disana. Merasa ada yang mengikuti dari belakang, secara terang-terangan. Suara nafas yang berat, langkah kaki yang juga begitu berat terdengar jelas di telinga dua gadis itu.

Dengan perasaan takut, jantung yang berdebar kencang, mereka berdua memutuskan untuk menoleh ke belakang dan...

"Bangsat!" teriak Lisa karena kaget.

Dua orang yang beridiri di belakang mereka hanya mendengus geli, sambil tertawa kecil. Keduanya menertawakan dua gadis yang benar-benar ketakuan seperti anak kecil yang tersesat itu.

Satu di antaranya memakai headphone yang melingkar di lehernya. Sedangkan yang satu, hanya membawa tas slempang yang entah apa isinya.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang