Kamu mungkin lupa jika pada dasarnya kamu akan merasa seseorang itu sangat berharga, ketika seseorang itu telah pergi dan tidak ada. Namun, akan seberapa bahagia kamu jika orang itu kembali dalam kehidupanmu?
Setelah kemarin Devon menginap di rumah Lisa, hari ini hubungan mereka juga bertambah baik. Setidaknya mereka kembali pada Lisa dan Devon yang dulu meski mereka tidak mungkin akan menjalin hubungan asmara.
Malam ini Devon datang ke rumah Lisa bersama dengan kekasihnya, Caca. Ya, bisa di bilang mungkin ini adalah kencan ganda meski sebenarnya hanya sebuah acara untuk kembali memperbaiki hubungan mereka. Hubungan sebagai teman, tidak lebih, hanya agar keduanya kembali seperti semula dan bukan berarti untuk hubungan asmara.
"Kamu yakin, gak pa-pa Lisa ikut?" tanya Devon saat baru saja sampai di depan pintu utama rumah itu.
"Iya, gak pa-pa," ucapnya. "Lagian aku juga gak masalah kalo kamu akhirnya kembali lagi sama Lisa."
Mendengar ucapan gadisnya, Devon hanya menghela nafas pasrah. Caca selalu saja mengatakan hal seperti itu padahal sebenarnya Devon memang sudah benar-benar memilih Caca untuk menjadi pendampingnya.
Tok tok tok
Pintu utama rumah itu di ketok tiga kali oleh Devon dengan cukup keras. Mereka menunggu beberapa saat, namun nampaknya belum juga ada yang membukakan pintu.
Karena merasa sepertinya pemilik rumah tidak mendengar, Devon langsung memutar knop pintu. Ternyata tidak di kunci dan Devon langsung membuka pintunya.
"Eh." Caca terkejut sambil melebarkan kedua matanya melihat Devon yang masuk begitu saja seperti memang rumahnya sendiri. Dia langsung mengikuti kekasihnya masuk ke dalam.
"Woah! Tante! Om! Anak Bunda Latifah datang nih!" seru Devon melihat kedua orang tua Lisa sedang duduk di sofa.
Devon tidak tahu kapan kedua orang tua Lisa datang. Yang pasti, saat dia pulang tadi pagi dari rumah ini kedua orang tua Lisa itu tidak ada atau belum pulang. Mungkin mereka datang siang atau sore, entahlah.
"Eh Devon, sini duduk." Ibu Lisa, Nabila, menepuk-nepuk sofa yang kosong di sampingnya.
Sedangkan Bram hanya tersenyum sekilas, kemudian kembali fokus menatap layar laptopnya. Ah, selalu saja pria dewasa itu sibuk dimanapun dan kapanpun.
Setelah mendengar perintah itu, Devon langsung menurut dan duduk di samping Nabila. Dia selalu saja mudah akrab dengan siapapun itu orangnya, baik sebaya ataupun jauh lebih tua darinya.
Caca juga ikut duduk di samping Devon, sedangakn Bram ada di depan mereka. Jadi posisinya Devon duduk di tengah-tengah dua perempuan itu, dan Bram duduk di sofa yang berbed.
"Maaf ya, Tante gak hadir pas pemakaman ayah kamu," ucap Nabila.
Devon memundurkan kepalanya, menatap Nabila sambil mengangkat kedua alisnya. "Tante tau papah meninggal?"
"Tau dari Lisa."
"Lisa?" Devon mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah memberitahu siapapun bahwa ayahnya itu sudah tidak ada, terkecuali kekasihnya.
"Lisa tau dari si Big J!"
Suara dari seseorang yang berjalan menuruni tangga itu membuat perhatian mereka teralihkan. Mereka semua, kecuali Bram yang masih fokus pada kerjaannya, menatap Rian yang berjalan menghampiri mereka.
Rian duduk di bawah, di depan kaki ibunya, sambil menyandarkan tubuhnya pada sang bunda.
"Si Big J siapa?" tanya Devon bingung.
"Itu, yang rambutnya kecoklat-coklatan sama badannya gede itu."
"Ouh, Julian?" terka Devon.
Rian mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...