Bab 30

704 67 5
                                    

Jangan lupa follow akunnya, Vote and Comment juga ceritanya. Kritik dan saran sangat dibutuhkan.

Selamat membaca.

Kondisinya sekarang sungguh mengenaskan. Bajunya robek-robek, badannya penuh bekas cakaran, bekas pukulan. Badannya terasa perih dan sakit, sangat sakit sekali.

Andai saja tidak ada Reynaldi yang tadi menolongnya, mungkin Lisa akan lebih parah dari ini kondisinya. Gadis itu tidak tahu apa motif dari orang yang baru di kenalnya itu menolongnya. Anggap saja Reynaldi hanya kasihan atau iba kepadanya.

Saat ini Lisa sedang di salah satu bilik kamar mandi. Gadis itu duduk di pojokan sambil memeluk lututnya, menangis dalam diam sambil menelusupkan wajahnya di antara lipatan tangan dan kaki.

Pintu bilik di buka oleh seseorang. Seorang laki-laki masuk kesana tanpa peduli dia akam mendapat hukuman. Oh tentu dia tidak akan di hukum, siapa yang berani melaporkannya?

Orang yang baru saja datang itu, Julian, menatap gadis yang kini menangis dengan terisak namun sebisa mungkin diredamnya tanpa suara. Menatap Lisa dengun penuh belas kasih dan rasa sakit yang menusuk dadanya.

"Maafin gue." Julian mengulurkan tangannya pada Lisa yang masih menangis.

Mendongakkan kepalanya, Lisa menatap orang yang akhir-akhir ini selalu ada untuknya meski lebih menyebalkan dari Devon. Dia menatapanya dengan air mata yang masih mengalir, menatapnya dengan tatapan putus asa dan pasrah.

"Gue tadi tidur di kelas," ucap Julian. "Gue gak tau kalo ini kejadian lagi. Maaaf ...."

Julian membuka jaketnya, memakaikannya pada Lisa yang masih duduk berlutut di sana. Di lihatnya luka-luka di tubuh gadis itu yang sangat mengerikan. Beberapa luka yang tak seharusnya diterima seorang anak SMA.

"Gue gak kuat lagi, gue mau pindah dari sini Yan, gue mau pindah ... hiks." Lisa mengusap air matanya yang kembali menetes.

Julian menghela nafas pelan. Dia menarik tangan Lisa, menggenggamnya dengan erat sambil menatap gadis yang di sukainya itu. Di tatapnya gadis yang belum sadar atau mungkin tidak peduli bahwa Julian menyukainya.

"Kalo itu mau lo ... ayo kita pindah dari sini," ajak Julian. "Gue bakal selalu ada buat lo."

Detik berikutnya Lisa memeluk tubuh laki-laki itu dengan sangat erat. Dia menangis dan membasahi dada Julian dengan air matanya. Dia masih bersyukur masih ada orang yang ada untuknya di saat-saat seperti ini.

Kini bukan hanya Devon yang berubah menjadi dingin kepadanya, Sky juga kembali dingin seperti dulu. Bahkan yang Lisa tidak pernah sangka jika Keysha, temannya, ternyata diam-diam menusuknya dari belakang dan jadi dalang atas kasus pembullyannya selama ini.

Keysha, salah satu teman baik dan kepercayaannya, ternyata diam-diam membencinya. Tidak hanya diam-diam, sekarang justu Keysha terabg-terangan membenci gadis itu.

Dan bodohnya, semua murid di sekolah ini malah membenci Lisa, bukan Keysha yang jelas-jelas ... sebut saja TMT.

"Nanti pulang lo ikut gue, ya?"

Suara dari Julian itu membuyarkan lamunan Lisa. Gadis itu perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Julian dengan mata yang masih berlinang air mata.

Lisa menarik nafas, kemudian bertanya, "kemana?"

"Dia butuh lo sekarang," ucap Julian membuat Lisa mengerutkan keningnya. "Lo boleh benci sama dia, tapi lo juga harus tau kalo dia lakuin semuanya juga demi .... " Julian menggantungkan ucapannya, kemudian menunjuk Lisa.

Gadis dengan rambut hitam kecoklatannya itu hanya diam tidak mengerti. Jujur saja, Lisa tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Julian sedikitpun.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang