Bab 5

1.1K 107 25
                                    

Bagaiamana? Apakah kamu cemburu jika melihat saudaramu lebih akrab dengan orang lain? Tentu saja, kamu pasti cemburu. Meski terkadang kamu menyangkalnya, tapi hati kecilmu tak mampu di bohongi.

Melihat adik atau kakak kita, lebih asik dengan orang lain. Rasanya, kita merasa ada hal yang mengganjal.

Cemburu itu bukan hanya untuk kekasih. Tapi juga berlaku, untuk anak yang cemburu melihat orang tuanya lebih menyayangi yang lain, melihat sahabat lebih dekat dengan orang lain, melihat.... Ya pokoknya begitulah. Terlalu sulit untuk di jelaskan.

Lisa sedang duduk di teras mini market. Dia duduk memeluk lututnya, dengan wajah cemberut yang di pasangnya.

Banyak orang lewat, menatapnya, melihatnya, tapi Lisa tidak memperdulikan itu. Kini dia hanya kesal, kesal, sangat kesal kepada kakaknya dan Devon, yang telah menggusurnya paksa kesini.

Selain itu, Lisa merasa tidak suka jika kakaknya bertemu dengan Devon. Bagaiamana tidak, mereka sangat terlihat akrab, hingga yang terlihat seperti adik Rian adalah Devon, bukan Lisa.

Devon dan Rian keluar dari mini market. Mereka membawa masing-masing satu kantong kresek. Mereka membeli banyak cemilan dan minuman dari sana.

"Nih pembalut." Devon menyimpan pembalut di pangkuan Lisa.

"Nih silverqueen." Rian menyimpan coklat itu juga di pangkuan Lisa.

"Nih susu kotak."

"Nih keju."

"Nih sikat gigi."

Begitulah, mereka saling memberikan itu kepada Lisa bergantian dan langsung di simpannya di pangkuan Lisa.

"Lo beli sikat gigi buat apaan dah?" tanya Rian bingung.

"Abis makan coklat sama keju kan gigi jadi kotor. Harus sikat gigi."

"Iya juga." Rian mengangguk paham.

Saat itu, sepertinya, Lisa sudah tidak kuat lagi menahan kekesalannya yang sudah di ubun-ubun.

Lisa melemparkan apa yang tadi di berikan Devon dan Rian ke arah mereka. Melemparnya hingga barang-barang itu berserakan ke lantai.

Devon dan Rian hanya menatapnya bingung dan heran. Ada apa dengannya?

"Itu pake duit woi, jangan di buang-buang," ucap Devon.

"Tau lu dek."

Rian dan Devon memunguti apa yang tadi di lemparkan Lisa, lalu memasukkannya kembali ke kantong belanjaan mereka.

Lisa tak mampu berkata-kata lagi. Dia sudah sangat, sangat, sangat, kesal sekali, sampai tidak bisa berkata apa pun lagi.

Rasanya, Lisa ingin menggeleng dua orang di hadapannya itu dengan mobil truk yang sangat besar agar mereka gepeng dan tidak menjengkelkan kembali. Ya, itu hanya ekspektasi Lisa sesaat saja.

"Bang buka yutub bang."

"Buat apaan dah?" Rian bingung.

"Liat cara nenangin cewek pms begimana. Bingung gue ngadepin adek lo nih."

"Gue gak pms!" rengek Lisa sambil berterkak.

"Lah, emang nih adek gua?" Rian menunjuk Lisa. Dan tak memperdulikan ucapan Lisa.

Entah kenapa, rasanya Lisa merasa sakit di dadanya, ketika kakaknya itu tak menghiraukan ucapnnya dan malah asik dengan Devon.

"Adeknya Khalil Gibran."

"Khalil Gibran siapa lagi dah?"

"Ketua osis di sekolah gua," jawab Devon asal, mengingat nama ketua osis di sekolahnya Gibran. Padahal, Khalil Gibran adalah penulis novel sastra terkenal.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang