Lisa menatap danau yang ada di depannya. Danau yang indah, namun sayang sepi pengunjung.
Lisa melirik sekitarnya. Mencari-cari sosok seseorang yang tadi mengajaknya bertemu.
Mana dia?
Devon bersembunyi di balik pohon beringin, menatap Lisa, sambil bersiul pelan.
Devon sudah ada disana sedari tadi. Hanya saja, Lisa tak menyadari kehadirannya, karena terlalu penasaran dengan apa yang ingin di ucapkan Devon.
"Lisa!" panggil Devon. Dia melambaikan tangan, dan berjalan ke arah Lisa.
Lisa menatap orang yang menghampirinya itu. Dia memandang Devon, dari atas ke bawah.
"Gue ganteng, ya, hari ini?" tanya Devon, yang sadar Lisa menatapnya.
Lisa tak menjawab. Dia mengedikkan bahunya sebelah, dan menatap Devon dengan pandangan...
Jijik?
Devon berjalan semakin dekat ke arah Lisa. Terus mendekat, hingga tak ada jarak di antara mereka.
Devon menempelkan tubuhnya pada Lisa. Dan anehnya, Lisa malah diam tertegun melihat perlakuan Devon.
"Apaan sih lo deket-deket!" Lisa mendorong Devon hingga orang itu mundur beberapa langkah.
Bruk
Devon menjatuhkan dirinya sendiri. Dia berlutut, menundukkan kepalanya, menyangga tubuhnya dengan dua tangan.
Lisa tertegun. Diam menatap Devon yang aneh hari ini. Dia terus menatapnya, hingga membuat dirinya sendiri bingung.
"Gue..." Suara Devon serak. Dia masih belum berubah dari posisi awalnya. "Butuh lo Sa."
Deg
Jantung Lisa seperti berhenti berdetak. Dia tercekat. Bukan, bukan karena kata-kata Devon. Namun karena dia mendengar Devon... Menangis?
Iya, Lisa mendengar suara Devon bergetar. Melihat tubuhnya bergetar, dan suara serak, berat dan sesenggukan.
Lisa menghampiri Devon. Mendekatinya, dan menyentuh punggungnya.
Tangan Lisa bergetar. Dia merasa bersalah, atas perlakuannya.
"L-lo ke.. kenapa?" Suara Lisa bergetar. Dia takut. Takut ada yang salah dengan Devon.
"Gue butuh lo Sa. Gue butuh lo saat ini. Jujur, gue udah capek dengan semuanya. Gue butuh lo." Devon bergumam dalam hatinya.
Devon berusaha menghentikan air matanya. Mendengar suara Lisa, membuat sedikit tenang baginya. Merasakan tangan Lisa mengelusnya, membuat hatinya tentram.
Itu asli. Kesedihan Devon asli. Dia menangis, seolah-olah bukan Devon yang di kenal oleh dunia.
"Gue..." Devon memandang ke arah Lisa. Dia menatap gadis itu, lalu duduk di tanah.
"Lo kenapa?" tanya Lisa, masih penasaran dan merasa bersalah.
"Gue..."
Hening.
Lisa memandang Devon yang menunduk. Ada apa?
Pikiran Lisa berkecamuk. Belum beres Glen, yang mengacaukan pikirannya. Sekarang Devon yang juga tiba-tiba berubah.
"Gue mau lo ajarin gue belajar."
"Hah?!" kaget Lisa memekik.
"Iya, gue mau lo ajarin gue belajar. Lo mau, kan?"
Liaa tercekat. Dia masih bingung dengan Devon. Tadi dia bersedih, tapi apakah sedih karena ingin belajar?
Sulit di terima akal sehat, bila seorang Devon Antonio bersedih karena ingin belajar. Apa karena, ada hal yang membentur keras kepalanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...