Bab 23

788 78 4
                                    

Kasih vote sama sambil comment kalo baca tuh napa. Biar makin semangat update nya. Ajwkwkwkwk

.
.
.

Sepasang suami istri itu berlari di rumah sakit dengan terburu-buru. Sang istri bahkan berlari cukup kencang hingga meninggalkan suaminya cukup jauh di belakang.

Begitu sampai di depan salah satu ruangan, wanita paruh baya itu melihat anak laki-lakinya yang sedang duduk di sebuah kursi besi.

"Rian," panggil Nabila.

Laki-laki yang sedang duduk menggunakan jaket dan celana jeans hitam itu menoleh, kemudian bangkit saat Sang bunda menghampirinya.

"Gimana?" tanya Sonya.

"Kuliah aku baik-baik aja kok, bun."

Melebarkan kedua matanya pada anak sulungnya itu, sambil diam-diam mengeratkan giginya. Sonya mulai kesal karena anaknya itu masih saja bercanda saat dia merasa khawatir.

Sebenarnya Rian juga peka dengan pertanyaan Sonya yang menanyakan adiknya itu. Terkadang ayah ataupun ibunya selalu berpikir sebenarnya Rian ini turunan dari siapa.

"Adek gimana keadaannya?" tanya Sonya.

Rian mengangguk pelan. Kemudian, dia melirik sang ayah yang berlari menghampiri mereka berdua.

"Gara-gara apa?" tanya Sonya.

"Jatoh dari gedung lantai 30, bun."

"Rian, jawab serius," tekan Bram, sambil membulatkan kedua matanya.

"Jatoh dari tangga," ucap Rian, sambil tersenyum canggung.

Untuk menatap ayahnya saja dia tidak akan berani jika nada bicara ayahnya itu sudah mulai tegas dan penuh penekanan. Benar-benar menyeramkan. Seperti harimau kelaparan yang melihat mangsanya.

Sang ibu hanya menggeleng pelan melihat anak yang entah mengaliri dari gen siapa itu, jauh berbeda dengan sifat kedua orang tuanya. Kemudian, Sonya membuka pintu dan masuk ke dalam.

Di lihat anak gadisnya yang sedang duduk di atas bangsal dengan seorang anak laki-laki yang sedang duduk di samping bangsal tersebut.

"Bunda!" seru Lisa, ketika melihat sang bunda datang.

Di hampiri anak gadisnya itu, kemudian di peluk cukup erat, sangat erat. Dia cukup senang karena anak gadisnya itu masih baik-baik saja.

Kemudian Bram datang menyusul istrinya. Matanya langsung terpaku pada seorang anak laki-laki dengan rambut poni kemerah-merahan yang sekarang sedang berdiri cukup jauh dari bangsal.

"Kamu gak pa-pa?" tanya Bram sambil mengelus rambut lembut putrinya itu.

Lisa hanya mengangguk pelan sambil melepas pelukan ibunya. Dia tersenyum, senang melihat kedua orang tuanya yang selalu dia rindukan. Meski sibuk mereka masih tetap peduli padanya.

"Ini pacar aku." Lisa menunjuk Sky.

Laki-laki muda itu membungkuk sedikit, mencium tangan kedua orang tua gadisnya. Tapi sikapnya tetap tidak berbeda, ekspresi datar dan begitu dingin.

"Devon?" Sonya mengernyit bingung, menatap anak laki-laki di depannya.

Baik Lisa ataupun Sky, keduanya langsung melebarkan mata. Kenapa bundanya itu malah menyebutkan nama Devon, padahal jelas-jelas itu Sky, bukan Devon.

Diam-diam Sky mengeratkan giginya, karena merasa ibu dari gadisnya itu malah memanggil nama Devon. Dia tiba-tiba kesal dan ingin pergi dari sana begitu saja.

Segitiga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang