Mempunyai kakak memang terkadang menyebalkan, dan sebagai adik, kita selalu merasa tertindas. Tapi, di balik itu, mempunyai kakak tak seburuk itu.
Terutama kakak laki-laki, dia selalu menyayangi adik perempuannya, bahkan meski terkadang terlihat cuek.
Lisa sedang menyuci piring sore itu. Dia baru pulang sekolah, mengganti bajunya dan segera cuci piring. Sementara Rian, kakaknya hanya duduk selonjoran di karpet sambil menonton TV.
Tiba-tiba—
Duagh!
Duagh!
"Woy asu! Goblog lu, kaget anjing!" umpat Rian karena kaget, ada yang menggedor pintunya.
Lisa yang sedang menyuci piring pun terlonjak kaget, bahkan hampir melempar piring yang ada di tangannya saat itu.
"Kak liat siapa dah yang datang!" ucap Lisa sedikit berteriak, agar kakaknya mendengar.
Rian bangkit, berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Widih, apaan tuh gan di tangan?" tanya Rian, melihat kantong kresek yang di bawa orang itu.
"Paku sama besi gan."
"Buat apaan anjir?"
"Mau benerin rumah."
"Rumah siapa gan?"
"Rumah Pak Dasuki."
"Ya udah masuk."
Mereka berdua masuk ke dalam.
Rian senang melihat kedatangan orang tersebut. Karena, hanya orang itu yang bisa meladeni ucapan Rian yang aneh.
Sementara Lisa yang sedang menyuci piring menghela nafas. Dia tau suara itu, di tambah obrolan mereka yang tidak jelas arah angin itu. Siapa lagi jika bukan Devon Antonio.
Lisa menghentikan kegiatannya, dia berjalan ke ruang tengah dan memastikan bahwa itu memang Devon.
"Ngapain lo kesini?" tanya Lisa, yang melihat Devon sedang duduk bersama kakaknya di sofa.
"Belanja."
"Lo pikir rumah gue super market?"
"Ini rumah lo? Gue pikir warung baso."
Devon ketawa. Rian juga ketawa. Sedangkan Lisa memutar bola mata malas dan tidak suka.
Tap
Lisa terkejut. Hampir saja dia tidak bisa menangkap kresek yang di lempar Devon ke arahnya tiba-tiba.
"Apaan nih?" tanya Lisa.
"Tahu tempe," jawab Devon, padahal isinya martabak keju.
"Pulang sana!" usir Lisa, sambil mengibaskan tangannya.
"Adek lo galak bener bang," ucap Devon pada Rian yang sedari tadi diam. "Udah di bawain martabak malah ngusir."
"Lo bilang isinya paku tadi," jawab Rian.
"Tadi kan gak keliatan bang."
"Dek sini ah, kakak mau martabaknya," ucap Rian sambi mengambil maratabak itu.
"Pada gak waras," decak Lisa.
Lisa kembali ke dapur, meneruskan kegiatannya tadi. Berusaha untuk tidak menghiraukan dua orang aneh itu.
Tapi, baru saja Lisa sampai dapur, lagi-lagi Devon berteriak memanggilnya. Berterak keras, seolah ini adalah hutan dan bukan rumahnya.
"Woi aus nih! Ambilin minum!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...