Semua orang punya masalah hidup. Bukan tentang besar kecilnya masalah itu, tetapi tentang seberapa kuat orang yang menjalaninya.
Sebesar apa pun masalahmu, jika kamu kuat maka kamu bisa menghadapinya. Namun jika kamu tidak kuat, maka kamu tidak mampu menghadapinya.
Sore itu, Devon memacu motornya kencang di bawah gemuruh hujan yang deras kala itu.
Devon menerobos air hujan, tanpa tahu arah tujuannya kemana. Dia terus memacu sepeda motornya, melampiaskan amarah, dan melaju tanpa arah.
Devon mengehentikan motornya di sebuah jembatan. Dia turun dari motornya, dan berjalan ke trotoar jalan, dengan badan yang basah kuyup di guyur hujan.
"Tante Karin itu baik, tapi kenapa gue selalu benci dia?" gumam Devon, sambil menatap air sungai yang mengalir deras.
Devon naik ke atas besi penghalang yang ada disana. Dia naik, dan duduk di atas besi itu, menatap sungai di bawahnya, sembari tubuhnya yang masih di guyur hujan.
"Bunda, aku rindu." Devon membayangkan tangannya sedang di genggam.
Devon menghela nafas, lalu menatap sungai yang ada di bawahnya.
"Kalo gue loncat dari sini, gue pasti mati," gumam Devon.
Lalu, tiba-tiba ada seseorang yang menarik Devon dari belakang. Devon meronta berusaha melepaskan tangan orang itu, tapi dia terus menarik Devon menjauh dari sana.
"Woi bangsat! Apa-apaan lo?!"
Orang itu terus menarik Devon. Setelah cukup jauh dari sana, akhirnya dia melepaskan Devon.
Devon melirik ke belakang, dan melihat siapa orang yang menariknya.
"Gibran?" tanya Devon, melihat si ketua Osis itu ada disini.
"Lo jangan gila dong Von. Masa cuma masalah sepele, lo mau bunuh diri."
"Hah?!" Devon tak mendengar jelas, karena suara hujan yang deras.
"Lo! Jangan! Bunuh! Diri! Cuma! Karena! Masalah! Sepele!" Gibran berteriak di setiap kata yang di ucapkan.
"Bunuh diri apaan? Lo gila?" Devon menatap Gibran bingung.
"Lah, terus barusan lo mau ngapain naik-naik kesitu."
"Mau mancing."
"Serius oi."
"Gue cuma duduk aja. Lo tiba-tiba narik gue kayak orang gila."
"Gue kira lo mau bunuh diri bro."
"Dih. Gila kali gue bunuh diri." Lalu, Devon menyambung dalam hatinya: Bunda bisa marah pas ketemu gue disana.
Devon mengibaskan tangannya, lalu pergi meninggalkan Gibran disana. Dia kembali naik ke motornya, dan melajukan motor itu dengan kecepatan di atas rata-rata.
Gibran yang masih diam disana, hanya menggeleng pelan. Melihat Devon yang melaju sangat cepat meninggalkannya.
Gibran kembali masuk dalam mobilnya. Dia basah kuyup karena kehujanan.
"Kalo di pikir-pikir, gak mungkin Devon bunuh diri," Gibran memejamkan matanya, "yang ada dia bunuh orang."
-oOo-
Ini adalah hari pertama Devon masuk SD. Dia mengenakan celana merah, dan baju seragam yang di masukkan ke dalam celana.
Devon di antar kedua orang tuanya. Turun dari mobil, lalu di tuntun masuk ke dalam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...