Terkadang dalam kehidupan itu ... ada seuatu yang dikorbankan, ada yang mengobarkan, ada yang berkorban, dan ada pengorbanan.
Setelah memantapkan hatinya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa keluarganya akan baik-baik saja, laki-laki dengan surai kemerahannya itu menatap dirinya di depan cermin.
Menghela napas berat, dia semakin gelisah. Sulit untuknya melakukan ini, namun ini harus. Baginya ini adalah hal yang wajib karena dia adalah penyebebab semuanya.
"Maafin gue," ucapnya seraya menatap bayangan dirinya sendiri di cermin.
Sky tak pernah berharap hal buruk ini akan terjadi. Dia tidak menginginkan hal ini. Dia hanya ingin membuat Lisa sadar bahwa mempermainkannya adalah hal yang salah, namun Sky tidak menyangka gadis yang dicintainya bisa berada dalam bahaya.
"Gue cuma mau ngasih pelajaran," gumamnya masih menatap bayangan dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, Sky masih sangat mencintai gadis itu. Dia hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa Lisa jauh lebih memilih Devon di banding dirinya, Sky gelap mata karena cemburu.
Berjalan ke arah pintu, Sky melangkah keluar. Dia menghampiri kamar kakaknya yang kembali kosong, karena sudah tidak ada siapa-siapa di sana, Dea sudah pergi untuk kuliahnya lagi.
Sky merogoh ponselnya, mengetik sesuatu, kemudian mengirim pesan pada seseorang. Dia melakukan hal yang sama, mengirim pada orang yang berbeda sebanyak tiga kali.
Setelah mengirimi tiga orang pesan, Sky melempar ponselnya entah kemana. Mungkin sekarang ponsel itu sudah hancur lebur, karena dilempar dari lantai dua.
"Liat aja lo jalang," desis Sky seraya meremat tangannya sendiri.
Berjalan menuruni tangga, Sky mengambil jaket kulit berwarna hitamnya yang tersimpan di atas sofa. Kemudian, diambilnya sebuah pisau komando yang memang sengaka ia siapkan di atas meja.
"Den, mau kemana?"
Mendengar suara itu rasanya Sky ingin menusuk-nusuk orang yang memergokinya itu. Dia merutuki pembantunya dalam hati, yang dia pikir sudah tidur.
"Ada urusan sebentar," jawab Sky.
"Tapi itu bawa piso buat apa?"
Sky menarik napasnya dalam, menahan segala kemarahannya. Entah kenapa, dia malah emosi pada pembantunya yang tidak bersalah itu.
Perlahan Sky menghampiri pembantunya. Menatapnya dengan sedikit menunduk karena tubuhnya lebih tinggi. Kemudian ....
"Makasih udah ngurus aku sejak kecil." Sky memeluk pembantunya sekaligus pengasuhnya dari kecil, dari bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...