Dua orang itu duduk di atas karpet, di rumah Sakti. Suasana di antara mereka sungguh tidak mengenakkan dan agak dingin, sedikut canggung juga.
Setelah membawa minuman untuk dua temannya, Sakti duduk bersama mereka. Yang awalnya berdua kini menjadi bertiga.
"Gue mau lo berhenti sekarang," ungkap Sakti.
Menghela nafas, laki-laki dengan rambut dan mata hitam itu, Devon, memijat pelipisnya. Dia berusaha mempertimbangkan apa yang di ucapkan Sakti.
"Gue gak bisa," balas Devon.
"Lo gak perlu sejauh ini," sela Julian.
Devon melirik dua temannya bergantian. "Gak bisa," ucap Devon menggelengkan kepala.
"Eh babi, liat keadaan Lisa sekarang. Mau sampe kapan lo kayak gini terus?" Julian mulai mengepalkan kedua tangannya.
Sakti yang juga sependapat dengan Julian menepuk bahu Devon kemudian mengangguk saat Devon menoleh kepadanya.
"Gue gak mau bikin Lisa celaka," ujar Devon.
"Plis brother, gue rasa Reynaldi gak akan lakuin itu sama Lisa. Dia ... kayaknya emang beneran like sama Lisa," ucap Sakti.
"Gue setuju sama Sakti. Gue gak tau apa masalah lo sama dia, tapi yang gue liat Reynaldi itu emang beneran suka sama Lisa," ucap Julian setuju.
Devon meneguk minumannya hingga habis. Dia melirik kedua temannya bergantian sambil menghela nafas pasrah. Pikirannya benar-benar kacau sekarang.
Hanya Sakti dan Julian yang mengetahui alasan Devon menjauhi Lisa dan teman-temannya. Hanya mereka berdua yang tau jika Devon sengaja agar mereka tidak jadi sasaran korban balas dendam dari Reynaldi.
"Gue juga ngerasa kalo Reynaldi emang beneran suka sama Lisa," ucap Devon. "Reynaldi sendiri yang bilang sama gue."
"Terus kenapa lo masih kayak gini?" tanya Sakti.
"Gue udah terlanjur bikin Lisa terluka. Kalo gue balik lagi ...," Devon menghela nafas pelan, "gue cuma bakal nyakitin banyak orang."
"Maksudnya apaan?" Julian mengerutkan keningnya.
"Gue udah bikin dia terluka, kalo gue balik lagi, gue cuma bakal bikin dia ngerasa di permainin," ucap Devon.
"Tapi gimana kalo sendainya Lisa malah bakal makin terluka karena pilihan lo yang sekarang ini hah!" bentak Julian. Tiba-tiba saja suaranya naik dan dia mulai emosi.
Devon menjambak rambutnya beberapa saat, kemudian menatap Julian. "Lo, Caca, Sky, dan mungkin Reynaldi sendiri bakal sakit hati kalo akhirnya gue beneran sama Lisa."
Mendengar itu Julian dan Sakti langsung bungkam. Sebenarnya mereka berdua tidak peduli dengan Sky dan Reynaldi. Julian sendiri tidak peduli dengan perasaannya, toh dia dari dulu memang sudah rela berkoban. Tapi Caca ....
"Kalo alesannya karena Caca, gue setuju," ujar Sakti. "Tapi apa lo tega biarin Lisa kayak gini?"
Lagi-lagi pertanyaan itu. Jelas saja Devon tidak akan tega, namun apa ia juga bisa kembali pada Lisa atas semua yang sudah dia lakukan? Untuk melihat gadis itu saja Devon selalu merasa menyesal dan sakit hati.
Devon sudah terlanjur melakukannya. Dia hanya ingin melindungi gadis itu, Devon hanya ingin melindunginya karena takut Reynaldi melakukan hal yang membahayakan untuk Lisa. Namun, ternyata semuanya jauh dari apa yang di bayangkannya. Bukannya melindungi, Devon justru membuat Lisa hancur, sehancur-hancurnya.
"Gara-gara lo, Lisa kehilangan semuanya! Lisa kehilangan lo! Dia sekarang jadi korban bullying! Bahkan dia rela mutusin Sky cuma buat lo! Apa ini yang lo maksud mau ngelindungin dia!" Julian mencengkram baju Devon dengan sekuat tenaga. Dia benar-benar marah dan ingin menghajar temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...