Dua orang laki-laki itu sedang melaju di atas motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Membelah jalanan sepi di larut malam, dengan harapan yang terus menerus diucapkan dalam hatinya.
Semakin lama, Julian yang mengemudikan motor itu semakin menambah kecepatannya. Sedangkan Devon yang duduk di belakang hanya diam, menatap lurus ke arah depannya.
"Buset," pekik Devon pelan saat melihat bayangan kakaknya melintas.
Karena suara motornya yang berisik, Julian tidak bisa mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Devon, dia masih fokus memacu sepeda motornya.
Berkali-kali Devon melihat bayangan Kakaknya yang berdiri di pinggir jalan. Sepertinya bayangan itu menggeleng, menyuruhnya untuk tidak melakukan hal ini.
"Ini cuma halusinasi," gumam Devon.
Kemudian Devon memejamkan matanya, membiarkan pandangannya gelap daripada harus berhalusinasi melihat kakaknya yang akan membuat perasaannya semakin resah.
"Bangsat!" umpat Julian. Tiba-tiba dia menghentikan motornya.
Devon membuka matanya, melihat apa yang sebenarnya terjadi di depan sana hingga membuat Julian berhenti. Rupanya, ada beberapa polisi yang sedang menyelidiki kasus kecelakaan atau mungkin pembunuhan. Terlihat beberapa pecahan kaca mobil, dan genangan darah di atas aspal.
Yap, kamu benar jika mengira itu adalah bekas kecelakaan Sky.
"Kenapa berhenti?" tanya Devon.
"Lo gak liat itu ada Pak RW?"
"Polisi bangsat!"
"Polisi dikatain bangsat, gue laporin lu."
Menghela nafas malas, Devon merasa kesal pada temannya itu. Tidak tahu sejak kapan Julian jadi berubah sama sepertinya, menyebalkan.
"Serius lah, ini kita buru-buru anjir," ucap Devon.
"Tapi ini begimana lewatnya?"
"Tinggal maju aja anjing."
"Kalo disuruh mundur?"
"Ya ngaca. Lo gak pantes artinya buat dapetin dia."
Dan pada akhirnya dua orang itu malah mendebatkan hal yang tidak penting. Masih sempat-sempatnya mereka berbincang santai di saat mereka tahu bahwa mereka harus menyelamatkan dua orang yang sekarang sedang disekap di suatu tempat.
Dengan perlahan, Julian memajukan motornya kembali. Melintasi beberapa polisi itu tanpa permisi. Sangat pelan, pelan sekali, di bawah kecepatan 5km/jam.
Sampai tiba-tiba ....
"Kalian mau kemana?"
Suara itu membuat Julian merasa sesuatu menghantam dadanya, membuat sesuatu di dalam sana berdegup kencang. Keringat dingin menetes, dia tidak berani menoleh ke belakang.
"TEROBOS AJALAH ANJING!" teriak Julian seraya memacu motornya sangat cepat saat mendengar pertanyaan dari polisi.
Sedangkan polisi tadi hanya menggelengkan kepala. Jika bukan sedang dalam tugas ini, mereka pasti sudah mengejar dua orang remaja yang kebut-kebutan itu.
"Anak zaman sekarang, hobinya kebut-kebutan di jalan. Bikin rusuh aja."
-oOo-
Sky, Roki, beserta anak buahnya sudah sampai di depan sebuah rumah besar yang sudah terbengkalai. Mereka sudah disambut oleh beberapa orang yang berdiri di depan gerbang pintu rumah tersebut.
Rumah yang jauh dari keramaian, rumah yang terlihat angker dengan tanaman rambat yang menjalar di dinding rumah tersebut.
"Langsung war nih?" tanya Roki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segitiga [END]
Teen FictionSumpah ini cerita pertama gw kek alay bet anjir akwkw. Mana banyak salahnya. Tapi sengaja gak unpub, buat kenang2an. Fiksi Remaja & Percintaan dengan sedikit bumbu humor yang sangat receh. Sebuah cerita dimana seorang remaja bernama Devon Antonio y...