Kiyana Angelica, biasa dipanggil Yana kini berada disebuah rumah yang sangat besar, bernuansa putih, dan hanya diterangkan oleh lilin lilin berwarna merah, meskipun diterangi oleh lilin merah, pandangannya tidak pernah kabur, walaupun lumayan gelap.
Rumah ini bertingkat tiga, coba bayangkan rumah bertingkat tiga dengan suasana yang amat sepi, membuat semua orang yang datang kesini pun merinding melihatnya.
Tuk tuk tuk
Suara ketukan kaki yana yang menanjak ke tangga untuk mengelilingi rumah nan megah ini.
Ikut akuuuu
Suara itu? Dia kenal, sangat kenal tapi kenapa harus mengikuti dia? Yana pun mengikuti suara itu sampai sampai dia sudah berada dilantai dua, tapi dia tidak merasa lelah, sungguh aneh.
Pandangan dia bertuju dengan pintu kamar berwarna merah, dia pun beranjak untuk membuka pintu kamar tersebut dan melihat isi ruangannya.
Saat dia memegang knop pintu, ternyata pintunya tak terkunci, setelah terbuka pintu tersebut dan yup! Seperti suasana dilantai bawah tadi hanya diterangi oleh lilin merah.
Dia pun perlahan masuk, dikamar tersebut ada sebuah foto yang sangat berdebu, sepertinya foto itu sudah sangat lama, tetapi bingkainya sangat modern, dia dekatkan tangannya untuk memegang foto tersebut dan lagi lagi suara itu terdengar.
Ikut akuuuu
Suara itu seperti ada didalam foto yang dia ingin pegang tadi, karena suaranya sudah hilang dia pun mulai ingin memegang foto tersebut dan yup!
"Aaaaaaaaa!" Teriak yana saat dia merasa ditarik kedalam sebuah foto tersebut
Kini dia sudah ada ditempat yang berbeda, gelap, berbau darah, hanya disinari lampu petromax, disekiling banyak sekali tulang dan tangan manusia, dan yang lebih mengejutkan lagi ada kepala manusia utuh, oh tuhan tempat apa ini.
"Hai yana" suara seseorang memanggil Yana
"B-bisma? Lo? Kenapa ada disini!"
"Karena bokap kamu aku ada disini sekarang yana."
"Maksud lo?"
"Karna bokap kamu! Aku tiada dengan cara yang mengenaskan yana!"
"Gue gak ngerti bisma! Lo jangan macem macem sama gue! Atau ga gue teriak!"
"Teriak saja nona manis tidak akan ada yang mendengar mu" sambil mengelus pipi yana.
"Tolongggg!" teriak yana.
"Hahahahahah! Teriak sekencang mungkin Yana! Teriak sesuka mu!"
Bisma. Dia mengeluarkan pisau yang sangat panjang dan pistol seperti untuk membunuh orang. Dan dia tersenyum menyeringai dengan yana.
"Kamu tau ini?" yana hanya mengangguk.
"Pegang pistol ini dan tembak ke arah leher aku tiga kali," yana mematuhi omongan Bisma dan_
Dor dor dor
Saat yana membuka matanya, tidak ada luka satu pun dileher bisma.
"Kenapa? Aneh?"
"Kok e-ngga ada darah?"
"Karna kita berbeda alam cantik," sambil menunjukkan pisau ke depan mata yana.
"Mau apa lo! Udh beda alam masih aja gangguin gue!"
"Ikut aku yana ikut akuuuu."
Brak!
Suara pintu terbuka dengan nyaring membuat Yana kaget dan langsung menepis tangan bisma.
"Justine" teriak yana.
"Hohoho ada pahlawan kesiangan ceritanya? Mau nolongin?"
"Jangan sakitin dia! Biar gue aja yang ikut sama lo! Jangan yana! Masa depan dia masih panjang dibandingkan gue!"
"Gue maunya dia bukan Lo!"
Dor!
Bisma menembak bagian kiri Justine dengan mulus dan mengenai sasaran.
"Brengsek Lo!"
Justine berdiri dengan gontai, sekuat tenaga dia berdiri tetapi percuma rasa sakit ini sangat sakit.
Yana langsung mendekati justine.
"Justine, Lo berdarah banyak banget, sini gue bantu berdiri"
"Lo! Gak usah bantu gue mending Lo pergi dari sini, cepet!"
"Gue gak mau ninggalin lo!"
"Susah banget dibilanginnya, kalo disuruh pergi ya pergi! cepat!"
"Biar yana pergi bareng gue!" sambil memegang tangan yana dan menuju kaca yang sudah terbuka dari tadi.
"Siap nona untuk terjun kebawah bersama saya," entah kenapa yana menganggut mau dan mereka berdua terjun dengan mulus kebawah.
"Yanaaaaaaaa!" teriak justine.
"Aaaaaaaaa!" teriak yana.
.
.
.
.Pendek aja dulu, wkwk
Jangan lupa vote! Satu vote dari kalian sungguh berarti bagi author guys!!😭Tbc📣
KAMU SEDANG MEMBACA
AJAL [DEATHS AWAITS YOU] END✓
Mystery / ThrillerTHRILLER - ROMANTICE 🖤🔫 [WARNING]🚫 Beberapa part mengandung (16+) -• Justine Immanuel, laki laki remaja pindahan dari jakarta kebandung untuk meneruskan masa pelajarnya. Tetapi keturunan ibunya merubah masa pelajarnya itu menjadi masa masa dimana...