CHAPTER 27 || HACKER

57 16 31
                                    

Hari sudah semakin sore. Dua orang yang menunggu didalam ruangan tersebut masih tetap memakai gaun protektif pembesuk ICU meskipun bisa didefinisikan kalau mereka berdua sudah tidak betah memakai gaun tersebut rasanya risih. Tetapi jika tidak memakainya mereka tidak akan bisa menjaga seseorang yang sedang terbaring didalamnya.

Meskipun penglihatannya sedikit remang remang akibat dirinya baru sadar dari alam bawah sadarnya. Tetapi pendengaran dia tak akan salah, hatinya sedikit sakit akibat mendengar ungkapan rasa jujur dari mereka berdua. Saking seriusnya perbincangan mereka berdua sampai sampai seseorang yang mereka tunggu diabaikan begitu saja.

"Justine," panggil yana yang berada disisi samping kanan justine dan posisi mereka berdua sekarang tengah duduk dibangku sofa yang telah disediakan.

Justine menoleh, "apa?" sambil menatap yana yang sudah memasang raut wajah gugup.

Jujur aja kali ya? -batin yana.

"Kok diem?" kini posisi justine berubah menjadi posisi menghadap yana, jujur saja jika kalian tahu hati yana dibuat maraton kali ini.

Yana menatap justine sebentar dan menunduk kembali, tapi dengan cepat kepala yana dibuat terangkat akibat dagunya ditahan oleh tangan kekar justine.

"Kalo emang itu buat hati kamu lega, ya diomongin aja. Gak usah ragu" lalu tersenyum.

Yana mengangguk kecil,"tapi lo jangan kaget ya?"

Justine mengerenyit heran, tetapi tetap memasang wajah biasa biasa saja,"iya".

"G-gue eum gue sayang sama lo" ucapnya tertahan akibat malu tetapi dia berusaha untuk mengucapkan semuanya,"dan ini ucapan sayang yang kedua kalinya dari gue buat lo, apa lo ga ada rasa sayang ke gue? soalnya kan_" ocehannya terhenti akibat ucapan yang dikeluarkan oleh justine.

"Aku juga sayang sama kamu," lalu tersenyum manis dengannya.

Kalian tahu? Ekspresi yana sekarang seperti apa? Malu malu meong pastinya.

"Jadi? Gue sama lo sekarang pacaran?" tanyanya dengan raut wajah gugup gugup seneng.

Justine tersenyum,"jangan terlalu cepat untuk mendefinisikan kata yana".

"Tapi kan? Kita udah ungkapin rasa jujur kita masing masing" lalu memasang raut wajah melas.

Justine terkekeh kecil,"heii ungkapan rasa sayang itu tidak harus berpacaran lebih dulu. Berteman, bersahabat, bisa saja menjalin rasa sayang"

Mendengar itu yana sudah pasti tahu, justine tidak akan mengambil keputusan untuk berpacaran bisa jadi antar teman saja.

Justine menangkup wajah yana dengan kedua tangannya. Dan menatap yana dengan lekat membuat jarak diantaranya sangat dekat.

"Umur kamu berapa?" sontak pertanyaan itu sangat mudah dengan lancarnya yana menjawab.

"16 tahun" justine mengangguk.

"Masih muda ternyata," lalu tersenyum simpul.

"Emangnya umur lo berapa?"

"17 tahun" yana yang mendengarnya pun mengangguk,"so??" pertanyaan justine membuat yana mengernyitkan dahinya.

"So apa?"

"Rasa sayang yang timbul dihati aku buat kamu karna aku udah anggep kamu sebagai adik aku sendiri kiyana angelica" dan mengacak rambut yana dengan pelan.

Maaf gue terpaksa -batin justine.

Oh sebagai adik -batin yana.

Yana tersenyum,"Oke! Gak papa gue seneng kok. Meskipun hanya sebatas rasa sayang terhadap adik. Siapa tahu kan semakin lama dijalanin bisa lebih dari itu. Semoga," ucapnya excited diawal dan lemah diakhir.

AJAL [DEATHS AWAITS YOU] END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang