CHAPTER 22 || TERUNGKAP 1

68 17 18
                                    

Hay 🙌

Cuma mau bilang di part ini bacanya harus simak, karna bakalan ada bagian yang bikin kalian greget !

Happy reading 😘

***

Mobil sedan berwarna putih sudah terparkir didepan rumah minimalis milik keluarga satrio utomo. Dimana didalamnya hanya ada seorang wanita paruh baya selaku istri dari satrio dan juga ibu dari seorang perempuan yang bernama kiyana angelica.

Justine membawa tubuh yana didalam gendongannya, sebab ulah si pembunuh itu yana menjadi pingsan eits..ralat mungkin ini sebab kecerobohan yana yang tidak membawa perlengkapan lengkap untuk dirinya padahal itu sangat penting.

Ia menggendong tubuh yana susah payah untuk sampai depan pintu rumah, dengan sekuat tenaga dia menekan bel pintu dua kali tetapi tidak ada jawaban, dan mengetuk ngetuk pintu lima kali? Baru ada jawaban iya dari orang yang berada didalam.

Butuh waktu tiga menit untuk menunggu pintu dibuka akhirnya terbuka juga,

Ceklek

dilihatnya sosok perempuan paruh baya yang tengah memakai piyama bermodel dress, lalu menatap sang putrinya dengan terkejut.

"Astaga justine? ya-yana kenapa?" paniknya.

"Tante tenang dulu, tolong izinkan saya masuk soalnya berat," sambil nyengir.

"Ah iya maaf, silahkan masuk."

Justine masuk berserta yana yang berada didalam gendongannya, begitu juga dengan ina dia masuk lalu menutup pintunya kembali.

Justine membaringkan tubuh yana di sofa ruang tamu, karna dia sudah agak kelelahan maka dari itu dia hanya kuat sampai ruang tamu saja untuk menompang bobot berat badan yana.

"Jadi kenapa?" tanya ina lagi tetapi kini berbeda dia membawa minyak angin aromatherapy untuk membangunkan yana, "nih kasih ke yana" menyodorkan minyak anginnya.

"Makasih tante," mengambil minyak angin tersebut. "Sebelum jawab saya beri minyak angin ini dulu ke yana ya tante?" dibalas anggukan oleh ina.

Justine mempoles minyak angin tersebut di pelipis yana sambil dipijat pijat sebentar, lalu mendekatkan ujung botol yang terbuka agar aromanya bisa membangunkan yana.

"Sudah cukup, nanti juga dia sadar" ujar ina.

"Iya"

Ina tersenyum, "nah sekarang kamu cerita."

Justine menceritakan kejadian semuanya dari awal sampai akhir, tapi ada pengecualian ia bercerita tidak semuanya hanya 90% saja 10% nya masih ia simpan, dan diungkapkannya nanti saat sudah tepat.

"Dasar anak ceroboh, giliran sama tante mohon mohonnya bisa banget, eh kalo udah kayak gini siapa yang repot? kamu juga kan? sudah lah justine jangan intai pembunuh itu lagi, manfaatnya apa memang? Apa justine?."

"Yana melakukan itu semua pasti ada alasannya tante, tap_" ucapnya terpotong karna mendengar suara kesakitan dari yana.

"Shhhhh" sambil memegang keningnya.

"Yana?" panggil justine

Yana pun membuka matanya dengan lebar, dia agak sedikit terkejut karena suasana yang dia tatap saat ini tidak seperti suasana sebelumnya yang sangat amat mencekam.

"G-gue dirumah?" dibalas anggukan oleh justine.

"Yan," ucap ina terpotong karna langsung dipeluk oleh yana dengan brutal.

"Ibu yana takut, t-tadi banyak banget darah, terus yang lebih bodohnya yana ga bawa minum untuk konsumsi obatnya. Jadi yana malah pingsan dan yana ngerepotin justine lagi ibu, yana maluuu" rengek yana seperti anak kecil tetapi masih setia memeluk ibunya.

AJAL [DEATHS AWAITS YOU] END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang