Setelah sesi perkenalan, mereka diberi waktu untuk saling berkenalan. Setelah sekitar 1 jam, mereka diminta untuk kembali berkumpul di aula.
"Oke, sekarang kalian akan dibagi menjadi 15 kelompok. Masing-masing kelompok berisi 10 sampai 12 anak. Sekarang kalian berbaris sesuai kelompok kalian masing-masing ya. Kakak-kakak OSIS akan membantu kalian." jelas Mister Andreas.
Anak-anak murid pun langsung berlari menuju daftar kelompok yang telah ditempel di dinding.
"Nadine, kita gak sekelompok." keluh Thalia.
"Yahh... Aku pengen sekelompok sama kamu." ujar Nadine.
"Kelompok Kuning kesini!!" teriak seseorang.
"Eh aku kelompok kuning. Aku duluan ya, Thalia." ujar Nadine. Lantas pergi menuju rombongan kelompok kuning.
"Oke. Semangat!!" seru Thalia.
Thalia pun menghela nafas nya, dan melihat-lihat ke arah barisan kelompok untuk mencari barisan kelompoknya.
"Kelompok Ungu kumpul disini!!" teriak seseorang.
Thalia pun langsung menoleh ke arah teriakan itu, dan menghampiri kelompok itu.
"Kamu kelompok ungu?" tanya salah satu OSIS.
Thalia pun mengangguk.
"Oke." ucap OSIS tersebut.
Kelompok Thalia masih berisi 9 orang, 5 perempuan dan 4 laki-laki.
Tiba-tiba ada sosok laki-laki yang bergabung di kelompok nya.
"Kamu kelompok ungu?" tanya OSIS yang tadi.
"Iya." kata laki-laki itu pelan.
Sosok laki-laki itu adalah Louis.
Pandangan Thalia pun kembali terkunci pada Louis.
"Oke, kalian semua udah gabung sama kelompok kalian masing-masing?" tanya Mister Andreas
"Sudah!!" seru anak-anak murid dengan semangat.
"Oke sekarang, tugas kalian adalah meminta biodata dan tanda tangan guru-guru di sekolah ini. OSIS-OSIS akan membagikan kertas tabel untuk kalian isi. Saya beri kalian setengah jam saja untuk mengisi. Kelompok yang berhasil mengisi lebih dari 50 guru, akan masuk ke babak berikutnya. Setengah jam akan dimulai dari sekarang!" kata Mister Andreas.
Murid-murid langsung berlarian mencari guru-guru untuk diminta data nya.
"Eh, kita bagi-bagi aja kali? 2 orang mencari guru di lantai bawah, 2 orang mencari guru di lantai 2, 2 orang mencari guru di lantai 3, dan seterusnya. Gimana?" tanya salah satu perempuan di kelompok ungu.
"Iya, bagus juga tuh idenya." ujar Thalia setuju.
"Oke. Kamu sama dia ya." ujar perempuan tersebut menunjuk Thalia dan Louis.
"Gue gak mau sama dia." ujar Louis dengan nada yang dingin.
"Ih gak usah protes!" seru perempuan itu.
"Mendingan gue sendiri aja daripada harus sekelompok sama dia." ujar Louis.
"Ih gak usah protes! Kalo gue udah bilang dia ya dia!" seru perempuan itu.
"Serah lo dah." ucap Louis.
Louis pun menghela nafas nya. Ia tidak suka jika ia harus berhadapan oleh seorang perempuan yang cerewet.
"Dah cepetan!!" seru perempuan itu.
Dilihat dari name tag nya, perempuan itu bernama Nancy.
***
"Ayo Louis, cepetan!" seru Thalia.
Thalia dan Louis berlari mencari guru.
"Ih kok guru-gurunya gak ada di dalam kelas sih." keluh Thalia sambil mengintip ke setiap kelas di koridor.
Tiba-tiba Louis melihat ke arah jam tangan nya dan berkata, "Ini udah jam setengah 9."
Thalia pun menoleh ke arah Louis dengan bingung.
"Kalo jam setengah 9, kenapa?" tanya Thalia.
"Kan jam makan guru-guru itu jam setengah 9." kata Louis.
"Oh iya. Kita harus ke kantin sekarang." kata Thalia.
Kantin guru dan kantin murid dipisah. Kantin guru berada di dalam ruang guru yang terletak di lantai 2.
"Ruang guru dimana sih?" tanya Thalia.
"Di situ kayaknya." jawab Louis memimpin jalan.
Akhirnya mereka tiba di depan ruang guru.
"Kok gak ada murid yang kesini?" tanya Thalia.
"Mereka gak sadar." jawab Louis.
Mereka pun masuk ke dalam ruang guru. Di dalam ruang guru, kosong. Tetapi setelah mereka berjalan menuju kantin guru.
Semua guru sedang duduk dan menikmati makan siang mereka. Tetapi, tidak ada murid yang meminta data, membuat Thalia dan Louis langsung meminta data guru satu per satu.
Total yang mereka dapatkan adalah 65 guru. Angka itu membuat mereka kagum dan langsung kembali ke aula.
"5 menit lagi."
Terdengar suara Mister Andreas dari speaker sekolah membuat murid-murid dengan putus asa, kembali ke aula.
Thalia dan Louis pun berlari secepat-cepatnya menuju aula. Tiba-tiba pada saat menuruni anak tangga,
BUK!
Thalia terjatuh dari tangga, dan terguling.
"Aduh!" seru Thalia sambil meringis kesakitan.
"Eh Thalia!" seru Louis panik.
"Aduh kamu duluan aja!" seru Thalia.
"Ih bareng lah! Gue gak mau ninggalin lo sendirian!" seru Louis.
"1 MENIT LAGI!"
Suara Mister Andreas kembali terdengar dari speaker sekolah.Louis pun segera menggendong Thalia di punggung nya. Lalu, berlari menuju aula.
Sesampainya di aula,
"Eh, dia kenapa?!" tanya Nancy khawatir.
"Nih datanya. Udah 65 guru." ujar Thalia sambil memberi kertas data yang dari tadi ia genggam.
"Wah gila! Gue kira kita bakal kalah. Soalnya kita gak ketemu guru sama sekali." ujar Nancy.
"Udah, gak usah banyak ngomong. Cerewet banget sih lo. Gue mau ke UKS." ujar Louis sambil berlari ke UKS dengan Thalia di punggung nya.
Bagi yang gak ngerti sama chapter ini, bisa nanya aja ya. Aku bakal jawab kok. Tenang ^^
- Author -
KAMU SEDANG MEMBACA
Some reasons ✅
RomanceIni mungkin adalah hal yang aneh untuk kalian. Tetapi berbeda dengan Thalia Aleeza, seorang murid yang baru menginjak kelas 10 SMA. Secara kebetulan, ia bersekolah dengan Louis Adelardo, sosok pria yang selalu ia kejar selama 8 tahun ini. Tetapi pad...