7.

333 215 118
                                    

"Aduh, lecet kan!" keluh Thalia seraya mengecek lutut nya.

Untungnya luka nya tidak parah, hanya sedikit lecet di lutut kanan nya. Ia pun langsung mengambil tissue yang ada di kantong nya, lalu menutup lukanya. Lalu, ia berjalan menuju taman dengan sepeda yang ia bawa di sebelah kanan nya. Taman itu terletak detak dengan warung.

Sesampainya di taman, ia langsung duduk di salah satu kursi taman. Lalu mulai mengurus luka nya. Saat ia sedang sibuk mengurus luka nya, tiba-tiba ada sosok laki-laki yang menghampiri nya. Thalia pun mendongakkan kepala nya ke arah sosok tersebut. Sosok itu adalah Louis.

Ia langsung terkejut, dan langsung berdiri melupakan luka nya itu.

"Hai Louis!" sapa Thalia sambil tersenyum.

"Nih, plester," ujar Louis sambil memberi plester ke Thalia.

"Makasih ya, Louis. Tapi aku gak kenapa-napa kok," kata Thalia.

"Duduk," perintah Louis dengan datar.

Thalia pun duduk kembali di kursi taman tersebut. Lalu, Louis memakaikan plester yang ia beli ke lutut Thalia yang lecet. Rasa sakit nya seketika hilang, karena Thalia tidak fokus dengan luka nya melainkan dengan wajah tampan Louis.

"Ma... Makasih," kata Thalia.

"Gak usah makasih makasih. Gue gak ngebantuin lo gara-gara gue suka sama lo. Gue bantuin lo karena gue kasihan sama lo," ujae Louis.

"Hmm... Tapi kamu tau darimana kalau aku jatuh?" tanya Thalia.

"Tadi aku lihat." jawab Louis dengan datar.

Lalu ia pergi meninggalkan Thalia.

"Ah si pangeran." ujar Thalia sambil memegang pipi nya dengan kedua tangan nya.

Dia pun berdiri dan berjalan dengan sepeda nya yang ia bawa di sebelah kiri nya.

Sesampainya di rumah,

"Lututmu kenapa?!" tanya Mama kaget.

"Tadi jatuh," jawab Thalia sambil menaruh kantong plastik berisi belanjaan nya di atas meja makan.

"Yaampun, lain kali hati-hati dong," kata Mama.

Thalia pun mengangguk.

"Dah, tadi harga nya berapa?" tanya Mama seraya membuka dompet nya.

"Tadi 18 ribu," jawab Thalia.

"Nih buat kamu, sisa nya ambil aja," kata mama seraya memberi Thalia uang 20 ribu.

Lalu, Mama langsung pergi ke dapur untuk menaruh lada dan tepung terigu nya.

"Thalia." panggil Mama.

"Iya?" tanya Thalia.

"Kamu mau nonton drakor bareng Mama?" tanya Mama.

"Drakor apa, Ma? Aku aja belum selesai nonton drakor yang Mama rekomen." jawab Thalia.

"Yaudah kalau begitu." ucap Mama. Lantas duduk di sofa ruang tamu sambil menyalakan  televisi.

Sedangkan Thalia langsung berlari ke kamar nya dengan membawa Chitato yang baru saja ia beli.

***

Di kamar, Thalia membuka bungkus chitato nya. Lalu ia memakan nya sambil menonton drakor.

Setelah dia merasa sudah cukup menonton, tidak terasa hari semakin gelap dan jam sudah menunjukkan pukul 6, membuat ia langsung mengambil handuk kuning nya dan mandi. Setelah itu, ia pergi ke meja makan untuk makan malam. Di atas meja makan itu, terdapat sayur kangkung dengan ikan goreng tepung. Setelah melihat makanan itu, Thalia langsung bergegas mengambil piring, sendok, dan garpu. Lalu, ia mulai menyantap makanan nya bersama Mama nya.

"Papa kapan pulang, Ma?" tanya Thalia.

"Katanya Papa lembur hari ini. Soalnya banyak kerjaan di kantor yang belum selesai." jawab mama.

"Oh gitu," ucap Thalia.

Setelah selesai menyantap makanan nya, ia pergi kembali ke kamar nya. Lalu, ia merebahkan diri di atas kasur sambil memainkan ponsel nya. Seketika, ia tiba-tiba mulai mengantuk, padahal setengah jam yang lalu, ia baru saja meminum kopi hitam. Dia pun tetap menguatkan diri untuk memainkan ponsel nya. Pada saat jarum detik dan jarum menit bertemu dalam satu titik, tiba-tiba ia tertidur pulas.

MIMPI

Thalia tiba-tiba berada di depan sekolah. Tempat ini terasa sangat asing bagi nya. Ia tidak pernah melihat sekolah ini sebelumnya. Ia juga tiba-tiba memakai seragam sekolah yang benar-benar tidak pernah ia lihat.

"Kenapa aku ada di sini?" tanya Thalia dalam hati.

"Hei Sherly!" seru seseorang seraya menepuk pundak Thalia, membuat Thalia langsung menoleh. Orang tersebut adalah Nadine.

"Nadine?" tanya Thalia memastikan.

"Hah? Nadine? Nadine itu siapa?" tanya orang itu kebingungan.

"Nadine itu kan kamu!" seru Thalia.

"Aku Clarissa, bukan Nadine." kata orang itu.

Itu membuat Thalia sangat kebingungan.

"Kamu lagi sakit ya, Sherly?" tanya Nadine.

"Ah, gak kok. Aku agak rada amnesia aja hehehe." kata Thalia.

"Mungkin aku harus berpura-pura menjadi Sherly disini." batin Thalia.

"Ayo masuk! Jangan bengong dong!" seru Nadine.

Thalia dan Nadine pun masuk ke dalam sekolah itu. Sekolah itu besar, seperti sekolah-sekolah yang ada di Eropa. Thalia mengikuti Nadine untuk pergi menuju ke kelas nya. Kelas nya sama seperti di kehidupan asli nya, kelas nya adalah kelas 10F.

Saat Thalia dan Nadine memasuki kelas nya, murid-murid di kelas nya sama persis. Mungkin hanya nama dan sikap nya saja yang berbeda. Tetapi di mimpi ini tidak ada Louis, membuat Thalia kecewa.

Nadine pun duduk di bangku nya. Sedangkan Thalia hanya bisa menebak yang mana bangku nya, dan ia memilih bangku yang terletak di belakang Nadine.

Tetapi tiba-tiba Nadine membalikkan badan nya dan berkata kepada Thalia, "Sherly, itu kan bukan tempat dudukmu."

"Oh iya ya. Hahaha aku lupa." kata Thalia.

"Tempat dudukmu kan disini." kata Nadine sambil menunjuk bangku yang terletak di sebelah Nadine.

"Oh iya ya hahaha." kata Thalia.

bagi yang gak ngerti sama cerita nya, dan bingung sama nama-nama nya. Bisa komen aja ya. Soalnya emang rada ngebingungin sih wkwk
- Author -

Some reasons ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang