44.

41 29 55
                                        

Keesokan harinya, tepatnya pada pukul 3 pagi,

Sejak tadi, Thalia sudah bangun dan sudah bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Kini ia sedang mengecek kembali barang bawaan nya, ia tidak ingin barang nya tertinggal.

"Thalia!" panggil Mama dari lantai bawah.

"Iya?! Kenapa, Ma?!" tanya Thalia dari dalam kamar.

"Cepetan beres-beres nya! Chris udah dateng nih." ujar Mama.

"Oke, Ma! Bentar!" seru Thalia.

Setelah itu, Thalia segera menggendong tas nya dan menarik koper nya menuruni anak tangga. Di lantai bawah, Chris, Mama, dan Papa tengah duduk di sofa ruang tamu menunggu Thalia.

"Aduh, anak Papa udah dewasa juga ya." ujar Papa, memuji kecantikan Thalia.

"Ih Papa bisa aja." ujar Thalia malu.

"Ini sarapan buat kamu, roti bakar aja ya. Soalnya kalau nasi, takutnya keburu dingin kan jadi gak enak. Jangan lupa di makan lho ya. Mama udah rela buatin yang paling enak buat kamu lho." ujar Mama.

"Iya, Ma. Tenang bakal ku makan kok." ujar Thalia.

"Dah, buruan berangkat. Nanti takutnya macet lho." ujar Papa.

"Nanti kalau kamu udah sampai di Jerman, kabarin Mama Papa ya. Terus hubungin kakak mu, nanti dia jemput di bandara. Jangan berantem ya disana." ujar Mama.

"Oke, Ma. Yaudah deh, Thalia berangkat dulu ya." ujar Thalia. Lantas memeluk Mama dan Papa nya.

"Hati-hati ya, sayang." ujar Papa seraya mengelus rambut Thalia.

Tidak lupa, ia memasukkan Chrilia ke dalam kendang nya lalu membawa nya.

"Thalia berangkat dulu ya." pamit Thalia.

"Iya. Hati-hati di jalan. Banyak berdoa ya." ujar Papa.

"Oke," ucap Thalia. 

Lantas Chris dan Thalia berjalan keluar dari rumah Thalia. Thalia memasukkan koper nya di bagasi mobil, lalu ia juga memasukkan kendang Chrilia di kursi belakang mobil. Setelah itu, ia duduk di kursi depan dengan Chris.

"Gak ada yang ketinggalan kan? Passport? Boarding pass? Ponsel?" tanya Chris seraya memasang seatbelt nya.

"Udah semua kok." jawab Thalia.

"Kalung sama boneka ku udah?" tanya Chris memastikan.

"Nih." ucap Thalia seraya menunjukkan kalung yang ia pakai dan boneka yang dari tadi ia gendong.

"Kamu lupa sesuatu." ujar Chris.

"Eh lupa apa?" tanya Thalia bingung.

"Kamu lebih cantik kalau rambut mu diikat." ujar Chris.

"Yaampun. Kirain apaan yang ketinggalan. Bentar aku cari ikat rambut ku dulu." ujar Thalia. Lantas mencari ikat rambut nya di tas.

"Kamu hadap kesana." ujar Chris.

"Eh kenapa?" tanya Thalia bingung.

Tiba-tiba Chris mengikat rambut Thalia.

"Dah. Tuh kan, kamu jadi makin cantik." ujar Chris.

"Dasar." ucap Thalia

"Hahaha, oke ayo berangkat." ujar Chris.

Lantas mereka pergi menjauh dari rumah Thalia. Mama dan Papa tengah berdiri di teras rumah, melihat anak nya pergi.

Selama perjalanan menuju bandara, Chris dan Thalia banyak berbincang-bincang. Thalia menceritakan hal-hal yang akan ia lakukan di Jerman nanti.

"Kamu harus selalu chat sama telepon aku ya. Awas lho!" ujar Chris.

"Iya. Aku bakal chat kamu setiap detik. Tenang." ujar Thalia.

"Nanti di pesawat, kamu banyak istirahat ya. Tidur. Jangan nonton drakor mulu." ujar Chris.

"Iya, iya." ucap Thalia.

Tidak terasa, mereka sudah tiba di bandara. Chris memarkirkan mobil nya. Lalu membantu Thalia membawa barang-barang nya. Mereka berdua pun masuk ke dalam bandara.

"Thalia!!!" panggil seseorang dari kejauhan.

Teriakan orang tersebut membuat Thalia dan Chris menoleh ke arah orang tersebut. Ternyata itu adalah teriakan Nancy. Tetapi ia tidak sendirian, ia berlari menuju Thalia disusul oleh Nadine, Sarah, David, dan Louis.

Nancy pun langsung memeluk Thalia.

"Thalia!!! Kangen!!" seru Nadine. Lantas ikut memeluk Thalia.

"Aku juga kangen sama kalian." ujar Thalia.

"Hati-hati ya disana." ujar Sarah.

"Lo ngomong begitu kayak Thalia mau kemana aja hahaha." ujar Nancy.

"Ya pokoknya baik-baik disana lah ya." ujar Sarah.

"Aww.. Makasih Sarah." ujar Thalia. Lantas memeluk nya.

"Eh Chris juga dateng?" tanya David.

"Iya." jawab Thalia.

"Dia pacar nya Thalia. Ya jelas lah dia ikut." ujar Louis.

"HAH?!! Kalian pacaran?" tanya Nancy kaget.

Chris dan Thalia pun mengangguk.

"Widih. Aku kira masih sama Louis. Kamu gak pernah kasih tau sih." ujar Nadine. Lantas menepuk bahu Thalia pelan.

"Hehehe maaf. Sarah masih sama David?" tanya Thalia.

"Masih dong." ujar Sarah.

"Hahaha bagus lah. Hmm... Udahan ya. Aku mau masuk dulu. Nanti aku malah ketinggalan pesawat." ujar Thalia.

"Yaudah deh. Bye Thalia!" seru Nadine seraya melambaikan tangan nya ke arah Thalia.

Nancy, David, Sarah, dan Louis juga melakukan hal yang sama -- melambaikan tangan nya.

Chris dan Thalia pun berjalan menjauh dari mereka.

"Chris. Aku pergi dulu ya. Tolong selalu tunggu aku disini. Aku bakal balik tahun depan." ujar Thalia.

"Aku bakal selalu nungguin kamu. Mau bertahun-tahun kamu pergi, aku bakal selalu tungguin kamu." ujar Chris.

"Terima kasih." ucap Thalia. Lantas memeluk Chris.

"Aku bakal kangen banget sama kamu, Chris." ujar Thalia.

"Aku juga." ujar Chris seraya mengelus rambut Thalia.

Perlahan, mereka meneteskan air mata mereka. Chris melepaskan pelukan nya, lalu mengusap air mata Thalia yang menetes dengan tangan nya.

"Selalu chat aku ya." ujar Chris.

Thalia pun mengangguk. Ia tidak sanggup tersenyum.

"Ih senyum dong. Jadi jelek nih." ujar Chris mencoba untuk menghibur Thalia. Walaupun ia belum bisa menghibur diri nya sendiri.

Thalia tetap menunduk.

"Kamu kalau di Jerman, jangan selingkuh lho ya. Mentang-mentang disana banyak cowo yang lebih ganteng dari aku." ujar Chris mencoba untuk bergurau.

Thalia mengangguk kecil, tetapi ia tetap menunduk.

Tiba-tiba Chris memegang pipi Thalia dengan kedua tangan nya. Lantas mencium kening Thalia, tanpa memedulikan orang sekitar yang melihat.

Some reasons ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang