Jika kalian berpikir akan terjadi sesuatu yang berbeda dengan kehidupan Han Jisung setelah ucapan Chan di ruang medis waktu itu.
Maka jawabannya adalah tidak ada.
Semuanya tetap berjalan seperti biasa. Han Jisung yang tetap bekerja di rumah sakit pada hari sabtu dan minggu.
Begitupun para anggota Tim Divisi Khusus termasuk Chan dan Changbin yang terkadang selalu mengganggu waktu senggangnya.
Mungkin itulah yang Han Jisung rasakan atau mungkin juga sebaliknya.
Karena untuk saat ini, Han Jisung lebih memilih untuk tetap berpura-pura bahwa sebelumnya ia tidak pernah mendengar apapun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sebuah tamparan yang sangat keras kembali menyentuh permukaan kulit pipi Han Jisung.
Membuat kedua pipi yang sebelumnya sudah memerah terlihat berkali lipat lebih merah. Jas putih khas seorang dokter itu juga masih melekat dibadanya.
“YA! KAMU MASIH MENGANGGAP DIRIMU SEBAGAI SEORANG DOKTER?”
“SETELAH KEPUTUSAN BODOHMU ITU?”
Han Jisung semakin mengepalkan kedua tangannya erat. Bibir bawahnya juga sudah mulai mengeluarkan darah, akibat ia menggigitnya terlalu kuat. Sebagai bentuk upayanya menahan emosi.
“Anak itu lebih membutuhkan pertolongan pertama”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, sebuah tamparan kembali menyapa pipi Han Jisung.
“Hah.. Apa katamu? Anak gelandangan itu lebih penting dari anak Tuan Kim?”
“YA! Tanpa bantuan dari Tuan Kim, rumah sakit ini tidak akan pernah ada!”
“SEHARUSNYA KAMU SUDAH MENGERTI AKAN HAL ITU!”
Masih dengan kepala menunduk, Han Jisung tetap berusaha agar dirinya tidak ikut emosi.
“Kau tidak merasa kasihan dengan anak itu?”
“Bahkan setelah ia mendapat pertolongan pertama”
“Nyawanya tetap tidak terselamatkan”
Jelas Han Jisung dengan suara yang terdengar bergetar.
Jika saja anak itu berhasil di selamatkan, mungkin Han Jisung tidak akan menahan emosinya.
Bahkan ia tidak peduli apakah yang ada di hadapannya adalah Pak Direktur rumah sakit tempat ia bekerja atau seorang presiden sekalipun.
Namun sayangnya yang terjadi adalah sebaliknya. Dibanding rasa kesal, perasaan bersalah lebih mendominasi. Membuat pikiran Han Jisung kacau saat ini.
“YA! Kau masih belum mengerti?!”
“Hah... Jika saja bukan karena permintaan Profesor Park, mana sudi kami menerimamu”

KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING AWAY PART 2: COMING BACK
Fanfiction"Aku melihatnya bukan karena aku menyukainya" "Tapi karena aku membencinya" "Sangat membencinya" "Dan kenapa aku sering melihatnya adalah agar aku selalu ingat, bahwa aku sangat membencinya" -Han Jisung ; RUNNING AWAY PART I : STAY OR LEAVE Melarika...