15

1.4K 275 109
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Kamu tidak pernah merasa iri?”

“Iri dengan anak-anak lainnya?”

“Mereka yang tumbuh dan berkembang dengan penuh kehangatan dan kasih sayang”

Setelah cukup lama hanya memikirkannya, Changbin akhirnya memutuskan untuk mengutarakan rasa penasarannya.

Meskipun kemungkinan besar, ia akan mendapat jawaban berupa kalimat-kalimat menyebalkan, khas seorang Han Jisung.

Tapi tidak masalah. Setidaknya, Changbin sudah mencoba.

“Ya! Kamu pikir aku malaikat?!”

Setelah tiga puluh detik menganggurkan pertanyaan sang senior. Han Jisung akhirnya memutuskan untuk buka suara.

“Tentu saja, aku merasakan perasaan seperti itu”

“Melihat bagaimana kedua orang tua yang tersenyum bangga, atas prestasi yang anaknya peroleh”

“Menemani anaknya mengambil hasil akhir belajar"

"Atau melihat kedua orang tua yang mengantar sang anak ke sekolah serta menjemputnya pulang”

“Atau sekedar mengucapkan kalimat ‘Anakku yang terbaik’, ‘Kamu telah bekerja keras. Aku bangga padamu’"

“Tentu saja aku pernah melewati fase iri seperti itu”

“Tapi semua itu bukan suatu masalah”

Ucap Han Jisung ketika menyadari perubahan raut wajah dua seiornya, yang menjadi menatapnya dengan sendu.

Yaa... Meskipun bersifat sementara, tapi setidaknya aku pernah merasakan perasaan seperti itu”

“Maksudnya?”

Tanya Changbin mewakili Chan yang pasti juga tidak mengerti dengan ucapan yang lebih muda.

“Euhm. Sama halnya seperti menyewa pasangan”

“Memang terdengar cukup aneh. Bahkan sangat aneh”

“Tapi sejujurnya, rasanya tidak terlalu buruk. Hanya tinggal menyesuaikan pembayaran saja”

“Dan ya.. aku pernah menyewa kedua orang tua, ahh bahkan satu keluarga”

“Hanya untuk merasakan, rasanya jadi mereka”

“Dan ternyata itu semua tidak terlalu buruk”

Jelas Han Jisung lagi, sebelum meminum kembali segelas mimuman beralkohol yang ada di tangannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Tapi.."

".. bukankah kamu bisa bergabung dengan beberapa instansi pemerintah. Yahh.. dengan modal otak genius mu itu”

“Yang sudah pasti akan membuat hidupmu menjadi jauh lebih baik”

“Lagipula aku juga yakin, mereka tidak akan menolak anak genius sepertimu”

“Euhm. Kamu benar”

“Mereka tidak akan menolak, anak dengan otak genius sepertiku”

Mungkin karena efek samping dari minuman beralkohol yang diminumnya.

Sehingga membuat, Han Jisung tanpa ragu menjawab pertanyaan Changbin tersebut.

“Tapi..”

“.. apakah alian benar-benar percaya dengan manusia?!”

“Khususnya mereka yang memiliki uang dan kekuasaan”

Kali ini atensi Han Jisung tidak lagi menatap ke arah dua seniornya, melainkan pada gelas yang ada ditangannya. Yang masih berisi setengah minuman beralkohol.

“Untuk orang-orang sepertiku. Yang sedari kecil hidup sebatang kara. Itu semua hanyalah ilusi semata”

“Di awal mereka akan bersikap layaknya orang baik. Terlihat sebagai orang dermawan dan suka membantu”

“Tapi...”

“... tidak ada. Tidak ada yang seperti itu”

“Di dunia ini tidak ada yang gratis. Pada akhirnya, aku pasti harus membayarnya”

“Bahkan dengan puluhan kali lipat”

Jelas Han Jisung sembari memberikan sebuah senyuman miris untuk dirinya sendiri.

Sebelum akhirnya, ia meminum habis minuman beralkohol yang ada di gelasnya.

***

RUNNING AWAY PART 2: COMING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang