.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Melihat Changbin dan Han Jisung yang saling menatap sinis satu sama lain.
Tanda bendera kemusuhan dikibarkan oleh kedua belah pihak. Jelas membuat Chan menghela nafasnya frustasi.
Jika sudah seperti ini, maka Chan harus segera turun tangan.
Sebelum dua orang yang lebih muda darinya tersebut benar-benar bertengkar.
Ia tidak mau kembali ditegur oleh pihak rumah sakit.
Karena membuat keributan yang dapat mengganggu para pasien lainnya.
Apalagi pada waktu malam seperti ini.
Cukup sekali saja ia dibuat malu akibat ulah mereka berdua.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Changbin hanya merotasikan bola matanya malas setelah memahami isyarat tatapan mata yang diberikan oleh Chan.
Yang seolah-olah mengatakan kepadanya untuk mengalah.
Daripada kembali tersulut emosi yang dapat menguras energinya. Lebih baik Changbin mengiyakan permintaan sang Ketua Tim.
Dengan mendudukan dirinya di salah satu sofa yang ada dipojok ruangan. Kemudian menyibukkan diri dengan smartphone miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chan kembali menghela nafasnya pelan sebelum ia berjalan mendekat ke arah ranjang yang ditempati oleh Han Jisung.
Kemudian diambilnya nampan makanan yang terletak di atas nakas disamping ranjang.
Yang masih terlihat utuh, belum disentuh sama sekali.
“Bukankah rasanya sangat menyebalkan”
“Harus berdiam diri di tempat seperti ini”
Jelas Chan sembari meletakkan nampan makanan tersebut di hadapan yang lebih muda.
Raut tidak suka jelas tercipta diwajah pucat Han Jisung ketika melihat nampan makanan tersebut berada tepat dihadapannya.
“Ahh... Atau jangan-jangan kamu sudah merasa nyaman disini”
“Ya! Kau pikir aku sudah gila?!”
Melihat reaksi yang diberikan oleh Han Jisung berhasil membuat sang Ketua Tim tertawa pelan.
“Oleh sebab itu...”
“... Mari cepat keluar dari rumah sakit yang sangat menyebalkan ini”
“Agar dapat mencari pekerjaan baru”
“Dengan gaji yang lebih baik”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Tidak perlu”
“Aku bisa melakukannya sendiri”
Tolak Han Jisung ketika Chan hendak menyuapkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
Chan yang tidak ingin membuat mood sang adik semakin memburuk, akhirnya hanya membiarkan yang lebih muda mengambil alih sendok di tangannya.
Membiarkan Han Jisung melakukan apa yang ia inginkan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Terimakasih”
Lirih Han Jisung pelan saat ia selesai menyuapkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.
Tapi sepertinya tidak sepelan itu, karena lirihan Han Jisung tersebut masih dapat didengar oleh Changbin.
Membuat atensi sang senior tidak lagi tertuju pada smartphone yang ada di genggamannya.
Melainkan menatap penuh tanda tanya pada sosok yang paling muda diantara mereka bertiga.
“Woojin yang memberitahuku"
"Dia mengatakan bahwa karena bantuan kalian, Tuan Kim...”
“... Para bedebah itu, akhirnya mendapatkan hukuman atas apa yang telah mereka lakukan”
“Terimakasih”
“Untuk semuanya”
“Untuk segalanya”
###
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING AWAY PART 2: COMING BACK
Fanfiction"Aku melihatnya bukan karena aku menyukainya" "Tapi karena aku membencinya" "Sangat membencinya" "Dan kenapa aku sering melihatnya adalah agar aku selalu ingat, bahwa aku sangat membencinya" -Han Jisung ; RUNNING AWAY PART I : STAY OR LEAVE Melarika...