Dengan sebuket bunga mawar putih di genggamannya, Chan berjalan mendekat ke arah sebuah gundukan tanah.
Yang dihiasi dengan sebuah batu marmer bertuliskan nama dari sang Mama tercinta.
Terhitung sudah dua tahun Mama meninggalkan Chan akibat penyakit jantung yang di deritanya.
Dan entah sudah berapa kali Chan datang berkunjung untuk menyapa.
Namun dari puluhan kali Chan datang berkunjung, baru kali ini ia datang dengan perasaan kecewa.
“Hai, Ma!”
“Chan datang”
Sapa Chan setelah ia membungkukkan badannya sebagai bentuk untuk memberikan sebuah penghormatan.
“Dan Chan juga membawa bunga mawar putih ke sukaan Mama”
Meskipun Chan datang dengan perasaan yang berbeda dari biasanya.
Ia tidak akan lupa untuk datang dengan sebuket bunga mawar putih ke sukaan sang Mama.
Bahkan sebuah senyuman manis itu, masih tetap setia terukir di bibirnya.
Yang jika saja Mama melihatnya, beliau pasti akan mengatakan bahwa Chan adalah laki-laki paling tampan di dunia ini.
Sebuah kalimat bualan menurut, Chan. Karena nyatanya, sampai detik ini tidak ada satupun wanita yang tertarik mendekatinya.
Atau mungkin Chan yang tidak peka?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Ma...”
“Chan sudah mendengarnya..”
Ucap Chan mulai membicarakan tujuan awal ia datang ke tempat peristirahatan terakhir sang Mama.
Tidak, Chan tidak membenci Mamanya. Ia hanya merasa kecewa. Sangat kecewa.
Karena orang yang selama ini selalu menjadi yang nomor satu dihidupnya, sang super hero ternyata tidak sebaik apa yang selama ini terlihat.
Terkejut?
Tentu saja. Chan sangat terkejut bahkan tidak percaya dengan apa yang sebelumnya telah ia dengar di kediaman Tuan Park.
Namun, mengingat kembali bagaimana Mama dan Tuan Park yang selalu menghalanginya serta menghentikannya untuk kembali ke Australia.
Untuk mencari tahu apa yang telah terjadi dengan keluarga mereka empat belas tahun yang lalu.
Apa penyebab dari kebakaran yang membuat rumah mereka di Australia habis di lahap oleh api.
Yang menurut kabarnya juga melahap habis Bunda serta adik tirinya, Peter.
Mengingat kembali semua itu membuat puzzle tak beraturan yang ada dalam benaknya menjadi mulai sedikit terlihat jelas.
Hanya sedikit dan tetap terlihat abu-abu.
Karena sesuai dengan penjelasan Tuan Park. Mereka masih harus menunggu.
Menunggu sang pemeran utama berhenti melarikan diri. Berhenti bersembunyi. Berhenti bertahan dengan diamnya.
Barulah setelah itu, puzzle tidak beraturan tersebut dapat tersusun dan terlihat dengan jelas.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING AWAY PART 2: COMING BACK
Fiksi Penggemar"Aku melihatnya bukan karena aku menyukainya" "Tapi karena aku membencinya" "Sangat membencinya" "Dan kenapa aku sering melihatnya adalah agar aku selalu ingat, bahwa aku sangat membencinya" -Han Jisung ; RUNNING AWAY PART I : STAY OR LEAVE Melarika...