43

1.2K 227 52
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah sebelumnya melalui perdebatan yang cukup panjang.

Akhirnya, Han Jisung mengalah dan menyetujui permintaan sang senior yang mengajaknya untuk pulang bersama.

Lagipula jika ia melihat ke arah langit, sepertinya hujan akan turun tidak lama lagi.

Apabila ia tetap bertahan dengan egonya maka bisa dipastikan ia akan tiba di rumah dengan keadaan basah, sangat lelah dan pulang larut malam.

Jadi, keputusan terbaik adalah menurunkan egonya sejenak dan ikuti saja sang senior yang sudah berbaik hati memberikannya tumpangan gratis.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepuluh menit telah berlalu, namun suasana di dalam mobil masih tetap hening.

Han Jisung yang terpaksa harus duduk di depan, tepat di samping kursi pengemudi tempat sang senior duduk, masih terlihat sibuk dengan smartphone di tangannya.

Sedangkan sang senior terlihat fokus menyetir meskipun jalanan sangat lenggang.

Sial!”

Rutuk Han Jisung pelan setelah smartphone miliknya terlihat dengan sukarela mati sendiri dikarenakan kehabisan daya.

Ah! Menyebalkan sekali”

Rutuk Han Jisung lagi setelah ia menyadari bahwa ia tidak membawa pengisi daya di dalam tas nya.

“Sepertinya ada power bank di laci mobil. Kamu bisa menggunakannya jika memang membutuhkannya”

Ucap sang senior yang ternyata mendengar rutukan Han Jisung.

Entah telinga Chan yang terlalu sensitive terhadap suara atau memang suara Han Jisung yang ternyata tidak sepelan itu.

Dan tanpa mengucapkan apapun lagi, Han Jisung segera membuka laci dashboard guna mencari power bank yang sebelumnya diucapkan oleh sang senior.

Tapi bukan hanya mengambil power bank Han Jisung juga mengambil selembar foto yang ada di dalam laci tersebut.

Sebuah foto lama yang sudah terlihat usang termakan oleh waktu.

Menampilkan sebuah foto keluarga yang terlihat harmonis. Semuanya nampak tersenyum bahagia.

“Kamu mengingatnya...”

“Waktu itu kau terus saja menangis menolak untuk di foto"

"Tapi setelah Mama menggendongmu, kau jadi berhenti rewel dan bersemangat untuk di foto”

Berbeda dengan sang adik yang memperhatikan foto tersebut tanpa ekspresi.

Chan justru terlihat bersemangat. Pikirannya kembali pada saat dimana foto tersebut di ambil.

Dan memikirkannya saja, berhasil membuat lengkung di bibirnya membentuk kurva ke atas.

“Entahlah...”

“Itu sudah sangat lama. Hal yang mustahil jika aku mengingatnya”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

“Kau membenci kami?”

Tanya Chan sembari memperhatikan Han Jisung yang tengah meletakkan kembali foto yang sebelumnya ia ambil ke dalam laci dashboard.

Eoh! Tentu saja aku membenci kalian”

Jawab Han Jisung yang terdengar sangat yakin.

“Mereka membuatku harus merasakan sakit dari apa yang sama sekali tidak aku mengerti”

“Dan kenapa aku tidak seberuntung dirimu yang tidak tahu apapun..."

"Mama menjagamu dengan begitu baik sampai kau menganggap semuanya baik-baik saja”

“Setelah melalui semua hal itu..."

"Bagaimana bisa aku tidak membenci kalian”

***

RUNNING AWAY PART 2: COMING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang