40

1.2K 239 133
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tanpa berniat menghidupkan lampu, Han Jisung membiarkan kaki jenjangnya berjalan ke arah ranjang miliknya.

Meletakkan tas serta jas putih yang ia bawa secara asal, sebelum akhirnya merebahkan diri di atas kasur.

Ditemani dengan semburat sinar bulan yang masuk melalui celah jendela yang tidak sepenuhnya  tertutup oleh gorden.

Atensi Han Jisung teruju pada langit-langit kamarnya.

Pikirannya kembali menerawang ke beberapa saat yang lalu. Saat dimana ia berbincang dengan Seungmin yang sudah pulang satu atau dua menit yang lalu.

Bodoh! Bagaimana bisa mereka iri dengan bocah sepertiku”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suasana kembali hening setelah Seungmin berhasil menggoda yang lebih muda.

Baik Seungmin maupun Han Jisung sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, sembari menerawang jauh ke arah langit.

“Kau sudah selesai? Jika sudah tidak ada yang ingin dikatakan lagi...”

“Pulanglah! Kau benar-benar hanya membuang waktu istirahatku”

Tanpa menunggu jawaban dari Seungmin, Han Jisung sudah bersiap untuk beranjak bangun dari posisi duduknya.

Namun, ia harus kembali mengurungkan niatnya tersebut akibat ulah sang senior yang tiba-tiba saja menyerahkan sebuah map berwarna cokelat ke arahnya.

“Aku tahu kemungkinan besar kau akan menolaknya. Tapi...”

“Tidak bisakah untuk kali ini kamu menerimanya dulu dan berpura-pura memikirkannya?”

Karena tidak ingin membuat perbincangan mereka menjadi lebih lama lagi.

Akhirnya, Han Jisung mengalah dan menerima map cokelat pemberian sang senior.

“Mungkin, kami terkesan egois dan tidak menghargai keputusan yang telah kau ambil...”

“Dengan memaksamu untuk kembali menjadi bagian dari Tim Divisi Khusus”

“Tapi...”

“Kami semua... Chan hyung Changbin hyung bahkan Tuan Jang hanya ingin mengembalikan apa yang seharunya menjadi milikmu”

“Kejadian waktu itu, benar-benar bukan salahmu dan-“

“Sudahkan, kamu datang hanya untuk memberikan ini”

Potong Han Jisung sebelum sang senior kembali melanjutkan kalimatnya untuk membahas sesuatu yang menurutnya sudah benar-benar selesai.

“Baiklah! Baiklah! Aku akan pulang”

Pasrah Seungmin akhirnya. Ia mulai merasa bosan karena diusir lagi dan lagi oleh sang tuan rumah.

“Terimakasih atas waktunya dan maaf karena telah ‘mengambil paksa’ waktu istirahatmu”

Setelahnya, Seungmin segera beranjak bangun dari posisi duduknya.

Dan bersiap untuk pulang seperti apa yang terus menerus diperintahkan oleh sang tuan rumah.

Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Seungmin menyempatkan diri untuk mengusak suarai Han Jisung lembut.

“Istrirahatlah...”

“Karena untuk pura-pura bahagia juga membutuhkan tenaga”

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Untuk yang kedua kalinya, Han Jisung kembali menghela napasnya lelah.

Sepertinya benar, semakin larut kau terjaga maka semain banyak hal yang memenuhi pikiranmu.

Tidak ingin semakin larut dalam pikiran yang selalu saja berhasil mengganggunya.

Han Jisung pun memutuskan untuk mencoba tidur. Dengan tangan yang menutupi kedua mata lelahnya.

“Dia benar...”

“Aku benar-benar perlu istirahat”

###

RUNNING AWAY PART 2: COMING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang