41

1.1K 236 70
                                    

Jika Chan pikirkan lagi, sepertinya ini adalah kali pertama ia datang ke sebuah acara penyuluhan kesehatan.

Yang diselenggarakan di sebuah daerah terpencil jauh dari hingar-bingar perkotaan.

Alasannya, tentu saja tidak lain dan tidak bukan karena Han Jisung.

Tentu saja, Chan mengetahui hal ini bukan dari sang adik langsung.

Melainkan dari perantara Woojin, yang memberitahunya bahwa Han Jisung cukup aktif dalam beberapa komunitas kesehatan.

Baik yang diadakan oleh pihak kampusnya dahulu maupun komunitas umum.

Meskipun, Han Jisung selalu mengakatakan ‘hanya membantu teman’.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terlihat terlalu sempurna.

Tentu saja, suatu hal yang wajar jika orang-orang berpikir demikian ketika mereka melihat Han Jisung.

Yang tidak hanya multitalenta dalam berbagai bidang tapi juga seseorang yang rendah hati.

Setidaknya itulah yang mereka pikirkan ketika melihat Han Jisung dengan gelar dokternya.

Tersenyum ramah kepada setiap pasien yang datang. Sangat berbanding terbalik ketika ia berada di Divisi Khusus.

Dan bagaikan sebuah penyakit yang menular.

Senyuman hangat nan ramah yang terukir manis di bibir Han Jisung, selalu berhasil membuat siapa saja yang melihatnya ikut tersenyum.

Tidak hanya berlaku untuk sang pasien yang saat ini duduk berhadapan dengan sang dokter.

Tapi juga berlaku untuk Chan, yang sudah kurang lebih tiga puluh menit duduk memperhatikan bagaimana sosok Han Jisung.

Ketika ia sedang bertransformasi dengan jas putihnya tersebut.

Ahh.. Mungkinkah ini alasan kenapa Han Jisung sangat pelit untuk sekedar tersenyum.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semakin siang, suasana tempat penyuluhan yang sebelumnya dipenuhi oleh puluhan masyarakat setempat terasa semakin lenggang.

Hanya menyisakan manusia-manusia bergelar dokter dan orang-orang yang masih memiliki kepentingan di tempat tersebut.

Salah satunya adalah sang Ketua Tim Divisi Khusus. Yang perlahan mulai beranjak bangun dari posisi duduknya dan berjalan mendekat ke arah Han Jisung.

Yang saat ini tengah berbincang dengan dua orang laki-laki yang berpenampilan tidak jauh berbeda dengannya.

“Siapa?”

Tanya salah satu dari dua orang laki-laki tersebut. Tepat ketika ia melihat Chan yang sudah berdiri di samping Han Jisung.

Oh, hanya salah satu pasienku”

Setelah mendengar jawaban Han Jisung, dua orang laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepala mereka tanda mengerti.

Karena bagi mereka, bukan hal yang aneh lagi jika melihat sang pasien yang mengikuti kemanapun perginya dokter muda Han Jisung.

Seterkenal dan sememikat itu memang.

Namun ekspresi mereka, termasuk Han Jisung sendiri, segera berubah menjadi ekspresi terkejut ketika orang yang Han Jisung sebut sebagai pasiennya memperkenalkan dirinya.

“Perkenalkan, saya Chan. Kakak dari dokter muda Han Jisung”

***

RUNNING AWAY PART 2: COMING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang