Tidak peduli akan jalur lalu lintas yang sangat padat akibat jam makan siang yang telah usai, Chan tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Bahkan ia juga tidak segan untuk menyalip semua kendaraan yang menghalangi laju mobilnya. Karena saat ini yang ada dalam benak Chan hanyalah satu.
Kediaman Tuan Park.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Padahal awalnya, Chan hanya berniat untuk mengejutkan Changbin dan Han Jisung.
Dengan tiba-tiba datang menyusul mereka berdua yang tengah makan siang bersama.
Namun ternyata, yang terjadi di luar ekspetasi. Karena justru Han Jisung lah yang berhasil mengejutkan Chan dan Changbin.
Hanya dengan menggunakan satu kalimat.
Mungkinkah, seorang anak dari korban pembunuhan, tidak membenci, anak dari sang pembunuh
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chan kira ia sudah siap untuk mengetahui kebenaran dari apa yang sebenarnya telah terjadi dengan keluarganya, empat belas tahun yang lalu.
Namun setelah mendengar percakapan antara Changbin dan Han Jisung di rumah makan tersebut. Chan menyadari bahwa ia salah.
Bahkan ini benar-benar di luar dugaannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Chan?!”
“Benarkah itu dirimu?!”
Sebuah suara yang sudah sangat tidak asing lagi segera menyambut kedatangan Chan.
Tepat ketika ia baru saja menginjakkan kakinya di dalam rumah megah nan mewah. Milik orang yang paling berpengaruh di Divisi Khusus, Tuan Park.
“Sudah lama sekali kamu tidak pulang ke rumah ini lagi”
Tepatnya sudah hampir dua tahun. Namun rasanya tidak banyak yang berubah.
Bahkan sang pemilik suara yang menyambut kedatangannya pun masih tetap sama.
Masih tetap penuh kehangatan dan menganggapnya sebagai cucu kandungnya sendiri.
Seperti lupa dengan perdebatan mereka dua tahun yang lalu. Yang menjadi alasan mengapa Chan memutuskan untuk pergi.
Memutus semua hubungannya dengan orang yang paling berpengaruh di Divisi Khusus.
Dengan seseorang yang sudah banyak membantu Mama dan dirinya. Sehingga ia bisa sampai pada titik kesuksesan saat ini.
“Kemarilah. Izinkan kakek tua ini melepas rasa rindunya”
Sebuah pelukan erat segera Chan dapatkan. Membuat bulir-bulir air mata yang sedari tadi ia tahan mengalir membasahi kedua pipinya.
Sama hal nya dengan alasan ketika ia memutuskan untuk pergi. Chan kembali dengan membawa alasan yang sama.Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan keluarganya, empat belas tahun yang lalu?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seharusnya waktu itu, Chan tidak langsung pergi ketika ia menjenguk Tuan Park di rumah sakit.
Seharusnya waktu itu, ia langsung meminta penjelasan.
Seharusnya waktu itu, ia tidak membiarkan dirinya berprasangka tanpa alasan.
Iya, seharusnya itulah yang Chan lakukan. Bukan malah beranjak pergi. Dengan spekulasinya sendiri.
“Aku sudah tahu”
“Mama..”
“.. yang telah membunuhnya”
###
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING AWAY PART 2: COMING BACK
Fanfiction"Aku melihatnya bukan karena aku menyukainya" "Tapi karena aku membencinya" "Sangat membencinya" "Dan kenapa aku sering melihatnya adalah agar aku selalu ingat, bahwa aku sangat membencinya" -Han Jisung ; RUNNING AWAY PART I : STAY OR LEAVE Melarika...