34

1.2K 255 103
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jika biasanya, Han Jisung akan memberontak tidak setuju ketika orang lain hendak mengobati lukanya.

Maka kali ini berbeda. Tanpa perlawanan, Han Jisung membiarkan sang Ketua Tim mengobati lukanya.

Setelah sebelumnya, mereka mencari tempat duduk yang lebih aman dan terhindar dari keramaian.

Ditemani dengan suara deburan ombak. Dan suasana hangatnya pantai di kala sore.

“Kamu baik-baik saja?”

Pertanyaan tersebut tidak keluar dari mulut sang Ketua Tim, yang tengah serius mengobati luka sang adik.

Tapi Han Jisunglah yang mengucapkan kalimat tersebut.

“Setelah mengetahui itu semua?”

“Kamu baik-baik saja?”

Ulang Han Jisung lagi dengan atensi yang menatap lekat ke arah paras serius Chan yang tengah mengobati luka di bagian pelipisnya.

“Bagaimana denganmu?”

“Setelah mengetahui semua hal itu...”

“... Kau baik-baik saja?”

Jawab Chan yang malah membalikkan pertanyaan yang dilontarkan oleh yang lebih muda.

Dan selanjutnya, mengalihkan atensi menjadi menatap ke arah Han Jisung yang sedari tadi sudah menatapnya.

Dan sebuah gelengan kepala, Chan dapatkan sebagai jawaban. Meskipun itu terlihat samar dan penuh keraguan.

Tentu saja, tidak mungkin jawabannya baik-baik saja.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ahh... Kau ingat. Dulu Mama, Ayah dan Bunda sering mengajak kita bermain di pantai”

“Bermain lari-larian dan setelahnya menikmati indahnya matahari terbenam”

Jelas Chan mengalihkan topik pembicaraan.

Atensinya juga sudah beralih menjadi menerawang jauh  ke arah pantai. Membiarkan surainya berantakan akibat hembusan angin sore.

Dan bagaikan sebuah film yang diputar ulang.

Potongan kenangan masa lalu yang terasa hangat dan menggambarkan keluarga yang harmonis tersebut.

Mulai mendominasi pikiran sang Ketua Tim. Ketika dimana semuanya terlihat bahkan terasa baik-baik saja.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sama hal nya dengan Chan yang menatap lurus ke arah pantai.

Menikmati indahnya langit yang tengah berwarna jingga keemasan. Han Jisung pun melakukan hal yang sama.

Tidak ada yang kembali membuka suara. Baik Chan maupun Han Jisung sama-sama bergeming. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Keduanya sama-sama hanyut dalam suasana senja yang damai. Ditambah dengan suara deburan ombak yang menenangkan.

Posisi mereka tetap sama, bahkan ketika sang mentari benar-benar telah tenggelam. Dan hanya menyisakan kegelapan.

“Dan kalian sama sepertinya”

“Datang membawa keindahan...”

“Pergi membawa kegelapan”

###

RUNNING AWAY PART 2: COMING BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang