Menarik

12 2 0
                                    

Senyuman yang sangat indah ditambah kedua lesung pipi yang menambah kadar kemanisan dari senyuman seorang Ainiyah Roshni Walia. Begitulah kesimpulan Jaemin setiap kali melihat senyuman Aini saat berhasil memasak sebuah roti. Memang belum sempurna, namun ini merupakan awal yang baik. Aini dan Kayla begitu cepat belajar karena ada kemauan yang kuat di dalam hati mereka berdua. Jaemin sebagai guru pun tidak akan kalah semangat melihat murid-muridnya juga semangat.

"Oppa. Saat membuat adonan, apakah harus dilakukan selama itu? Apa tidak bisa dipersingkat saja?" Tanya Kayla begitu duduk mencicipi roti buatannya sendiri. Melelahkan memang, tapi begitu mencicipi hasil masakan sendiri, rasa lelah itu seakan menghilang dengan sendirinya. Kayla benar-benar menikmati roti dengan rasa coklat kesukaannya.

Jaemin tersenyum mendengar pertanyaan Kayla. Setiap orang yang baru belajar membuat roti, pasti akan menanyakan hal yang sama karena itu benar-benar memakan waktu lama dan butuh tenaga yang lebih. "Kenikmatan dari sebuah roti itu tergantung dari adonannya. Bisa saja waktunya lebih singkat, tapi apakah itu akan lebih enak daripada yang lebih lama? Apakah bahan-bahannya sudah benar-benar tercampur rata?".

Kayla dan Aini mengangguk-angguk mengerti. Mereka berdua memperhatikan roti buatan mereka masing-masing dan saling bertukar untuk mencicipi rasanya. "Mmhh... Enak. Kay, kamu harus ajarin aku! Bagaimana mungkin bisa seenak ini?"

Jaemin menaikkan kedua alisnya menatap Aini yang begitu menyukai roti buatan Kayla. Ia lalu tersenyum melihat ekspresi Aini. Entah mengapa semua yang dilakukan Aini begitu menarik di matanya. Ia menyukai apapun yang ada di diri Aini.

"Oppa, cobalah! Ini benar-benar enak. Tidak kalah dari roti buatan oppa. Serius!". Aini menawarkan untuk menyuapi Jaemin. Jaemin tidak bisa menolak, ia melihat disekitarnya dengan canggung lalu menerima suapan Aini.

Jaemin membulatkan matanya. Ia memandang Kayla dalam beberapa saat berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika roti itu buatan Kayla. Wanita yang sama sekali tidak bertanya apapun padanya mengenai cara membuat roti dan ia pun tak memberikan perhatiannya tapi berhasil membuat roti yang enak.

Kayla hanya diam dan terus memakan roti buatan Aini. Aini membuat rasa stroberi. Walaupun rasa stroberi bukanlah kesukaan Kayla, ia tetap memakannya dengan bahagia karena itu adalah buatan sahabatnya. Dan rasanya pun pas di lidah.

"Oppa. Mungkin untuk hari selanjutnya, aku tidak akan datang kesini. Tapi aku pastikan akan mengantar Aini kemari!" Ucapan Kayla membuat Jaemin dan Aini berteriak bersamaan menanyakan alasannya. Kayla terkejut karena mendapat tatapan tidak suka dari kedua orang di depannya. Jujur saja ia tidak nyaman berada di antara Aini dan Jaemin. Tapi meninggalkan mereka berdua juga bukanlah hal yang baik. Sekarang Kayla bingung untuk mengatakan apa. Seharusnya ia memikirkan hal itu sebelum menyuarakan pendapatnya.

"Tugasku lumayan banyak. Berbeda dengan Aini, tugas membuat rotiku akan dilakukan dua pekan ke depan. Maaf tidak bisa menemani kalian". Kayla tersenyum, walaupun senyuman itu tidak dapat dilihat karena ia memakai maskernya kembali setelah menghabiskan rotinya.

"Tidak masalah". Sahut Jaemin.

"Apanya yang tidak masalah oppa? Aku tidak mau di sini jika Kayla juga tidak di sini. Pokoknya aku tidak akan belajar membuat roti kalau Kayla tidak ikut".

Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aini dan Kayla benar-benar lengket seperti permen karet. Mereka tidak terpisahkan. Bisa Jaemin bayangkan betapa manjanya Aini. Dan tentu saja ia semakin menyukai wanita itu.

"Bukan begitu. Aku belum selesai bicara. Lihat di sana!". Kayla dan Aini mengerjap menatap ruangan kecil di balik dinding kaca tepat di samping tempat memanggang roti. "Itu ruangan khusus yang kedap suara. Saat aku ingin membaca sebuah buku, aku akan membaca di sana. Sangat tenang dan nyaman. Kayla bisa menggunakan ruangan itu untuk mengerjakan tugas selama Aini belajar membuat roti. Bagaimana?"

Kayla tidak bisa menolak sekarang. Lagipula ini adalah pilihan yang terbaik. Jadi ia bisa mengawasi anak yang dalam wujud sahabatnya itu dari dekat dan tugasnya pun tidak tertinggal.

***

Aini sangat gembira memeluk tas yang diberikan Jaemin padanya. Isinya berbagai macam roti yang akan di cicipi Aini sebagai bahan referensi. Walaupun Aini sendiri tidak yakin karena yang ia tahu hanyalah makan. Ia tidak bisa menilai kualitas sebuah masakan dengan baik. Jika itu terasa cocok di lidahnya, dia akan mengatakan enak. Jika tidak ya tidak enak. Ia tidak akan tahu kira-kira bahan apa yang kurang atau apa yang membuat sebuah makanan terasa lebih lezat.

Baru saja sampai di asrama, Aini langsung menumpahkan bungkusan-bungkusan roti itu di tempat tidurnya. Aini bahkan terkejut karena roti-roti itu hampir memenuhi tempat tidurnya yang memang berukuran kecil. Sementara Kayla langsung menarik sebuah novel miliknya dan membacanya dengan tenang. Ia tidak ingin mengusik Aini yang begitu senang dengan roti aneka rasa itu. Karena baginya, roti coklat lah yang terenak. Ia sama sekali tidak tertarik untuk meminta bagian seperti yang telah Jaemin katakan sebelumnya untuk berbagi.

"Wah, aku rasa tidak butuh makan malam hari ini. Aku akan memakan roti saja sepanjang malam. Ya Allah, nikmat mana lagi yang akan kudustakan?" Ucapan Aini mengundang cekikan tawa Kayla. Ia berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat tingkah Aini.

"Kalau sakit, aku nggak mau tanggung jawab ya?". Kayla sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari novel yang tengah ia baca. Kayla memiliki kebiasaan memakai kaca mata saat membaca buku dan memainkan gawainya. Padahal ia tidak memiliki riwayat mata yang rabun. Entah dari mana kebiasaan itu berasal.

"Kok di doain sakit sih?" Aini duduk dengan kesal. Ia menyingkirkan roti-roti itu agar lebih rapat ke tembok. Ia bahkan melemparkannya dengan kesal

"Bukan didoain. Tapi mengingatkan. Supaya sakitnya bisa di cegah". Kayla melepas kaca matanya dan menutup novelnya. Fokus Aini sekarang ada padanya, ia merasa tidak enak jika malah sibuk dengan hal lain saat seseorang sedang mengobrol dengannya.

"Tapi kita juga makannya makanan instan kan? Apa bedanya coba? Sama-sama tidak sehat".

"Bukan perkara sehat atau tidak sehatnya. Aku hanya merasa jika mengonsumsi roti, rasa lapar akan lebih cepat datang. Berbeda dengan nasi dan lauk-pauknya. Menurutmu bagaimana?"

Aini terdiam berpikir sejenak. "Nasi kuning, bubur dan juga nasi goreng. Aku rasa semua jenis nasi-nasi itu mengenyangkan, tapi juga cepat mengundang lapar".

"Ah, benar juga ya. Entah mengapa setelah diolah malah cepat lapar". Mereka berdua pun terdiam saling menatap untuk mencari jawaban dibalik misteri nasi-nasi yang diolah itu. Setelahnya mereka berdua tertawa dengan pemikiran mereka sendiri karena tidak dapat menemukan jawabannya. "Bingung kan jadinya".






_______________________
4 Jumadil Akhir 1442
1

8 Januari 2021

💚

A N D A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang