Pengakuan

35 3 0
                                    

Gibran sedang menonton televisi saat tiba-tiba saja ia melihat Kayla berlari dengan terburu-buru keluar dari rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun. Gibran kembali melirik ke arah kamar Aini dan melihat Aini juga terlihat bingung melihat Kayla yang tiba-tiba keluar dari kamarnya. Aini yang melihat kakaknya seperti sedang bertanya melalui tatapannya membuat Aini hanya menggeleng tidak tahu. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

Gibran pun berdiri dari duduknya untuk menyusul Kayla. Tidak biasanya Kayla mengabaikan siapapun yang ia lewati seperti tadi. Ia bisa melihat Kayla terlihat begitu panik menanti taksi atau apapun itu yang lewat. Rasanya Gibran ingin menawarkan diri untuk mengantar Kayla, tapi ia tahu sendiri jika Kayla tidak pernah menerima bantuannya yang seperti itu.

Gibran segera mengambil masker dan berniat mengikuti kemana Kayla akan pergi. Jujur saja ia penasaran. Kira-kira apa dan siapa yang bisa membuat Kayla terlihat begitu panik.

Gibran tidak bisa mengalihkan pandangannya saat melihat siapa yang Kayla temui. Kayla tampak sangat bahagia memeluk wanita yang Gibran kenal bernama Arumi itu. Dan perutnya.....

"Gimana kabar kamu? Aku tidak bisa tenang sama sekali sejak kamu tidak pernah menghubungiku lagi Rum". Ujar Kayla dengan senyuman hangatnya. Arumi sudah mengenakan hijab juga. Entah sejak kapan, tapi Kayla benar-benar bahagia melihat perubahan di diri Arumi.

"Baik kok Kay. Dia juga baik". Arumi tersenyum bahagia mengusap-usap perutnya dengan sayang. Kayla juga ikut mengusap-usap perut Arumi dan terlibat dalam berbagai macam topik obrolan. Gibran sampai menguap beberapa kali karena benar-benar bosan dengan pembicaraan wanita di meja depannya itu. Gibran duduk tepat di meja belakang Kayla.

Laki-laki mana yang sekarang menjadi suami Arumi?

Apakah mirip dengan Alif?

Mengingat bagaimana tergila-gilanya Arumi kepada Alif, Gibran bahkan sudah menyiapkan dirinya untuk menggantikan Alif sebagai calon suami Kayla dengan senang hati. Tidak tahunya, Arumi sudah berpaling dengan mudah.

Gibran menahan tawanya mengingat memori-memori kenangan yang telah berlalu. Dan ia tidak bercanda saat mengatakan ingin menggantikan Alif karena Kayla sudah benar-benar mengisi ruang hatinya. Ia akan segera menghapuskan rasa itu untuk kebahagiaan Alif karena memang dari awal Kayla untuk Alif.

"Selamat untuk pernikahanmu ya. Aku rasa, aku tidak akan bisa datang Kay. Kamu tahu sendiri apa alasannya". Ucapan Arumi membuat Gibran kembali memasang telinganya baik-baik. Kali ini obrolannya lebih menarik dari pada sebelum-sebelumnya.

"Aku sedang mencari alasan agar pernikahan itu batal Rum". Gibran terkejut mendengar ucapan Kayla. Arumi pun tidak kalah terkejut. Gibran berpikir setengah mati untuk mengingat-ingat kesalahan apa kira-kira yang telah dilakukan Alif hingga Kayla menolak pernikahan itu?

Atau, apakah Kayla mempunya pria lain di dalam hatinya?

Apakah dirinya yang ada di dalam hati wanita itu?

Gibran menggelengkan kepalanya dengan keras saat berbagai spekulasi sudah memenuhi otaknya.

"Jangan bodoh Kay! Aku baik-baik saja jika kalian menikah". Bentak Arumi tidak menerima ucapan Kayla.

Sebentar.....

Gibran masih butuh waktu untuk berpikir.

Kayla menolak pernikahan....

Arumi sudah menikah dan tengah hamil....

Arumi masih memiliki rasa terhadap Alif....

"Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan Alif jika seharusnya kamu yang berada di posisi itu Rum? Tidak peduli bagaimana kuatnya kamu untuk mengurus anakmu sendirian, dia masih akan membutuhkan ayahnya". Ucap Kayla sudah tidak bisa menahan tangisannya. "Aku tidak akan bisa tenang Rum.. Tolong aku..."

Gibran terdiam. Rasanya nafasnya telah berhenti. Semuanya sudah terjawab. Bagaimana mungkin Alif melakukan hal yang seperti itu?

Apakah Alif pernah meminum alkohol?

Apa yang menyebabkan adiknya bisa melakukan hal semenjijikkan itu?

Arumi terdiam. Untung saja kafe yang sedang mereka tempati tidak ramai. Seorang pria yang duduk di belakang Kayla pun terlihat tampak sibuk membaca sesuatu di gawainya.

"Aku tidak mau menikah dengannya Rum.. Aku tidak mau..." Rintih Kayla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Aku akan membantumu Kay". Ucap Gibran pada akhirnya. Arumi dan Kayla terkejut setengah mati melihat Gibran yang berpindah duduk di samping mereka sambil melepas masker yang menutupi wajahnya. Kayla segera mengusap kedua pipinya yang basah.

"Jadi hal inilah yang membuatmu tidak bisa tidur dengan nyenyak Kay?". Kayla tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih tidak percaya jika Gibran lah yang ada di hadapannya.

"Baiklah, aku mengerti bagaimana perasaan kalian. Pernikahan ini tidak boleh terjadi! Karena tidak ada satu pun dari kalian berdua yang bahagia akan pernikahan ini".
Terang Gibran membuat Arumi dan Kayla memusatkan perhatiannya kepada Gibran.

"Apa rencana kakak?". Tanya Arumi yang begitu penasaran kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh Gibran untuk membatalkan pernikahan itu. Apakah Gibran akan memberitahukan kehamilan Arumi kepada Ami dan Abinya?

"Jangan khawatir Rum. Sebelumnya aku akan bertanya dahulu kepada Alif, apa ia benar-benar mencintai Kayla atau tidak". Arumi dan Kayla saling pandang. Mereka berdua tahu betul siapa sosok yang dicintai Alif.

"Oh ayolah bantu aku. Jangan menyimpan rahasia denganku. Kita sedang menjalankan rencana". Gibran benar-benar jengah melihat dua wanita di hadapannya yang tidak menyumbangkan ide sedikit pun. Ia sudah lama tidak berada di sekitar keluarganya, tentu saja ia sedikit kekurangan informasi mengenai keluarganya sendiri.

"Malam itu... Alif menyebut nama Aini saat melakukannya". Ucap Arumi dengan suara pelan hampir tidak terdengar.

"Aku rasa karena itulah, Alif tidak pernah menerima wanita mana pun berada di sisinya. Bahkan aku sendiri kak. Aku tidak merasakan adanya cinta mau pun kasih sayang untukku saat bersamanya". Tambah Kayla menunduk dalam.

Gibran kembali terdiam. Ia menatap Kyala dan Arumi bergantian. Apa katanya tadi?

Aini?

Gibran bahkan tidak pernah membayangkan pria mana pun akan melakukan hal seperti itu sambil membayangkan adik kandungnya sendiri?

Dan itu dilakukan oleh Alif. Yang notabenenya sangat dekat dengan Aini?

Gibran tertawa dengan frustasi. Kayla dan Arumi bahkan saling berpegangan tangan mendengar tawa penuh kesakitan Gibran. Mereka berdua tidak berani melihat Gibran sedikit pun.

Prang!!!!

Gibran memukul mejanya dengan keras hingga kaca meja itu pecah. Kayla dan Arumi terkejut melihat tetesan darah yang sudah mengalir di lantai. Gibran mencengkeram rambutnya sendiri geram. Kayla langsung berdiri dari duduknya saat melihat Gibran berjalan dengan cepat keluar dari kafe.

Gibran mengemudikan mobilnya dengan cepat. Cengkeraman tangannya sangat kuat. Ia bukan membenci karena Alif menyukai Aini, ia benci karena Alif berani membayangkan adik kandungannya terlibat dalam melakukan hal yang menjijikkan. Ia benar-benar kecewa kepada Alif, apalagi Alif telah menyakiti dua wanita sekaligus. Sejak kapan Alif sekejam itu terhadap wanita?




________________
24 Rajab 1442
8 Maret 2021

💚

A N D A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang