25; Keluarga

2.1K 355 79
                                    

Jangan lupa untuk pencet bintangnya ya guys!

***

Yoongi POV

"Ada yang ingin kukatakan."

Aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri.

Kedatanganku kemari tidak lebih dari sebuah bentuk rasa penasaran, sekedar ingin mengawasi mereka dari jauh. Namun, langkahku selalu saja berubah arah ketika melihat Aerin dan Jungkook sedang berduaan. Mereka terlihat sangat cocok sebagai ibu dan anak, membuatku ingin menghampiri mereka dan melengkapinya sebagai keluarga.

Benar, aku mempunyai perasaan dengan Aerin. Tidak sedikit, skalanya mungkin sebesar 6/10 dan aku tidak tahu pasti perasaan itu akan bertambah besar atau malah berkurang.

Suka? Cinta? Entahlah. Kalau cinta itu bisa digambarkan seperti hubungan Jisoo dan Jin hyung, aku rasa perasaanku masih sangat lemah untuk dinyatakan sebagai cinta.

Semenjak gadis itu masuk ke rumah, secara perlahan rute kehidupanku berubah menjadi tidak terarah. Biasanya hari demi hari akan berlalu begitu saja, tidak ada yang spesial. Bangun, makan, kerja, dan tidur. Hari-hari berganti layaknya ctrl+c lalu ctrl+v.

Namun sekarang, ketika mataku terbuka di pagi hari, dirinya adalah sesuatu yang pertama kali terbesit di pikiranku.

Hal mengejutkan apalagi yang akan terjadi hari ini? Dia masak apa ya? Aku tidak keduluan Namjoon datang ke ruang makan, kan?

Berulang kali berusaha mengenyahkan pertanyaan yang bermunculan dan bertingkah seperti hari-hari biasa. Namun, aku tidak dapat terus-terus menampik kalau hidupku sudah berubah karenanya. Dan aku menyukai perubahan itu.

Dia berhasil membuatku menebak-nebak kehidupanku yang selama ini monoton dan membuatku terus penasaran tentang hari esok.

Aerin, gadis itu berhasil menggerakkan batu besar yang berada di depan jalanku. Menunjukkan kalau aku masih bisa maju ke depan, masih ada jalan yang bisa kulalui.

Selagi aku menyesuaikan diri dengan kehadiran Aerin, Namjoon ternyata mempunyai perasaan yang tidak terlalu berbeda dariku. Adikku yang satu itu juga mempunyai perasaan khusus pada Aerin.

Di balik batu yang di singkirkan Aerin, masih ada Namjoon yang menghalangi jalanku.

Kata orang, cinta itu buta. Perasaanku pada Aerin memang belum sesempurna cinta, tapi cukup membuatku menjadi buta. Tanpa pikir matang aku sudah berniat berperang dengan Namjoon untuk memperebutkan Aerin. Setelah dipikir lagi, apakah aku perlu berbuat sampai seperti itu? Bukannya itu hak Aerin untuk memilih siapa yang dia mau?

"Ingin beri tahu apa?"

Aku tidak harus menyingkirkan Namjoon, Aerin yang memegang kendali penuh tentang siapa yang akan berjalan bersamanya.

"Kuhitung sampai tiga, kalau kau masih diam. Aku pergi saja dengan Jungkook lalu jajan sebanyak-banyaknya dengan kartumu."

Yang perlu kulakukan adalah mengungkapkan perasaanku dan meyakinkan Aerin bahwa aku tidak kalah pantas dibanding Namjoon.

"Satu..."

"Dua..."

"Aku pergi ya-"

"Tanaman di belakang rumah ada yang mati."

Aku terlalu takut untuk menyatakan perasaanku. Alih-alih menyatakannya aku malah mengucapkan hal yang tidak masuk akal, selalu saja berakhir begitu.

Seperti biasa, Aerin memandangku tidak habis pikir. Dahinya berkerut seolah berkata 'kau datang ke sini cuma mau bilang itu?'

"Bunga mawarnya mati."

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang