Hari ini, semua kegiatan baik belajar maupun bekerja diliburkan. Seokjin yang sangat jarang ke rumah karena sudah memiliki keluarga sendiri akan mampir ke rumah. Hal tersebut tentunya sangat ditunggu oleh adik-adiknya, apalagi si tiga termuda.Jungkook, Jimin dan Taehyung sedang berkumpul di ruang tamu. Saling memandang dengan tatapan serius. Kecuali Jungkook, karena dia sedang asik memakan brownis yang dibuat Aerin.
Omong-omong, Aerin sekarang sedang berada di kampus. Katanya ingin mengerjakan tugas di perpustakaan. Kalau Namjoon sedang menonton film di kamarnya. Hoseok sedang kerja kelompok di rumah teman. Yoongi—jangan ditanya, dia palingan sedang sibuk bekerja di singgasananya.
Tinggallah tiga bocah ini, lebih terlihat seperti tiga alien bersaudara yang berhasil menginvasi bumi.
"Jadi bagaimana?" Jimin membuka percakapan. Sedangkan Taehyung masih menatap dua saudaranya dengan tatapan tajam. Jungkook sih tidak masalah selagi brownisnya aman-aman saja.
Jimin ikut menatap Taehyung tajam. Namun setelah menyadari tingkahnya tidak membuahkan apa-apa, bibirnya mengerucut sebal.
"Ish! Kok diam saja sih? Aku-"
"Sssssht! Jangan berisik! Aku sedang konsentrasi!" sergah Taehyung, masih menatap Jimin. Bahkan sekarang tangannya sedang bertengger di kepala, mencoba untuk lebih fokus.
"Kenapa harus konsentrasi?" Tanya si bungsu, mengabaikan brownisnya yang tinggal separuh—lebih tepatnya 'meninggalkan brownisnya sebentar' untuk mengurusi coklat-coklat yang menempel di sekitar pipi.
"Aku mau teleportasi pikiran aku ke Jimin." jawab Taehyung
"Bukan teleportasi, Tae. Telepati." Jimin mengoreksi.
Jungkook mengernyit bingung, "Kenapa transportasi cuma sama Jiminie? Sama Kookie tidak?" protesnya sambil kembali memakan brownis.
"Kookie sibuk makan brownis sih! Mana bisa teleportasi sama Kookie!"
"Aduh! Telepati! Bukan teleportasi! Bukan transportasi!" Jimin sedikit kehilangan kesabaran, hampir saja ia memasukkan Jungkook dan Taehyung ke dalam oven jika saja tidak ingat kedua bocah tengik ini adalah adiknya. "Lagipula kenapa telepati? Langsung bilang saja kan bisa?"
Jungkook mengerucutkan bibir, pipinya menggembung. Merasa kesal juga karena sedari tadi disalahkan.
"Iya Jiminie, merpati." ujarnya sambil memutar mata.
"Kalo aku ngomong langsung, Namjoonie sama Hyungie bakal dengar." Kali ini Taehyung yang menjawab. Nadanya di halus-haluskan, takut-takut terdengar oleh kedua hyungnya.
Jimin sekarang sadar, betapa susahnya Aerin noona mengurus mereka bertiga. Untung saja ia tidak lebih mengesalkan dibanding Jungkook dan Taehyung. "Haduh! Kita kan mau buat kejutan untuk Seokjinie! Kalau begini kapan mau mulainya?"
"Gimana kalau buat istana dari rubik kookie saja?"
"Tidak boleh!" seketika Jungkook berdiri dari duduknya, memandang kedua saudaranya dengan hidung kembang-kempis. Ia tak perduli lagi dengan brownisnya yang telah hancur jatuh ke lantai. Rubiknya itu lebih berharga dari apapun.
"Tidak boleh! Kan rubiknya Hyungie yang beli, kalo rusak Hyungie nanti sedih." Jelasnya.
"Aha!!" Taehyung berseru lantang. Ia seperti mendapat pencerahan setelah memandang brownis Jungkook yang bernasib malang. "Bagaimana kalau buat kue saja?"
"Ide bagus!" Jimin menyetujui.
Tak ada persetujuan dari Jungkook. Ia hanya terdiam sambil memandang tangannya yang dipenuhi noda coklat. Tak lama kemudian, matanya sukses dibuat terbelalak ketika mendapati brownisnya sudah hancur tak berbentuk di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
Fiksi PenggemarAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_