22; Dan terjadi lagi...

2K 342 66
                                    

Jangan lupa untuk pencet bintangnya ya guys!

***

"Mereka sedang tidur di kamar kami."

Semua orang kecuali si tiga termuda sedang bekumpul di ruang makan. Sekaligus menyiapkan makan malam, Seokjin memerintahkan untuk berkumpul dan membahas beberapa masalah yang telah terjadi di rumah.

Aerin sejak tadi belum mengucapkan sepatah kata pun. Ia kebagian tugas untuk mengupas kulit wortel dan kentang, jadi ia hanya ingin berfokus pada pekerjaannya. Selain itu, ia juga tidak tahu harus menjelaskan apa, pikirannya masih berkecamuk.

"Kenapa Jimin bisa seperti itu?" Seokjin lebih dulu bertanya.

Namun, tidak ada seorang pun yang ingin menggubris pertanyaannya. Selalu saja seperti itu. Jika keadaan genting seperti ini terjadi, pasti tidak ada yang ingin menjawab pertanyaannya.

Seokjin menghela napas gusar, berhenti mengaduk kaldu sup yang berada di dalam panci.

"Hoseok, apa yang terjadi dengan Jimin?" 

Hoseok sontak menghentikan pergerakannya yang sedang memotong bawang. Cukup sudah dirinya menangis dengan ingus yang berserakan karena bawang di depannya, kenapa Seokjin malah membebankan dirinya dengan pertanyaan yang sama sekali tidak ia ketahui jawabannya?

Tanpa sadar, Hoseok mengusap kedua matanya yang makin berair—entah karena bawang atau masalah hidup yang silih berganti menghampiri. Alhasil, matanya menjadi semakin perih dan memerah.

"Hyung, aku baru saja pulang jam lima tadi. Apa wajahku ini terlihat seperti orang yang mengetahui semua hal?" ujar Hoseok, terdengar seperti isakan.

lagi-lagi, Seokjin menghela napasnya. Ia sendiri merasa segan bertanya kepada Aerin. Pria tampan itu tahu kalau Aerin masih syok dan sedih dengan apa yang terjadi.

"Masalah anak-anak, seperti biasa. Jimin merasa dirinya kurang diperhatikan dibanding Taehyung dan Jungkook."

Itu suara Yoongi. Lama-lama ia merasa muak juga karena tidak ada yang ingin membuka mulut.

Tugasnya mencuci sayur-sayuran yang telah di potong oleh Aerin, tugas yang sangat mudah. Namun menjadi ribet karena sikap perfeksionisnya: menggosok setiap inci sayuran sampai merasa tidak ada lagi kotoran yang tertinggal.

Seokjin tidak merespon apapun, ia malah menjatuhkan perhatian penuh kepada Yoongi yang tepat berdiri di sisinya. Membuat Yoongi buru-buru menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan sebagian sayur-sayuran itu kepada Seokjin.

"Dia tidak digendong seperti yang lain, hanya dirinya yang tidak mendapat es krim miniforce, dan juga hanya dia yang tidak kebagian pepero stick." Yoongi kembali berujar, menjelaskan kalimat sebelumnya.

Seokjin menerima sayur-sayuran itu, lalu memasukkan sedikit demi sedikit ke dalam panci dengan kaldu yang mendidih.

Ia sekarang paham dengan keadaannya, sedikit membuatnya lega karena ia pikir sesuatu yang lebih berbahaya terjadi pada Jimin.

"Tadi aku bertanya, tapi sepertinya Jimin belum mau mengatakan apapun." Jisoo ikut menjelaskan situasi. Dirinya berada di sisi Seokjin yang lain, sedang menggoreng telur dan sosis.

Sepertinya semua penjelasan yang terlontar dari mereka membuat Aerin sejenak kehilangan kesadaran. Tangannya tidak berhenti bergerak untuk mengupas sayur, sampai-sampai jari telunjuknya juga ikut terkena tajamnya pisau.

Namun, hal itu tidak membuatnya menjerit kesakitan. Ia malah memandang heran ke telunjuknya yang sudah mengeluarkan darah, menetes perlahan menuju mangkuk berisi sayuran yang sudah dikupas.

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang