Untuk merayakan chapter 30 ini, alangkah baiknya kita sama-sama memencet bintang kecil di pojok kiri bawah sebelum membaca (。’▽’。)♡***
"Aerin, supnya asin sekali. Kau masak dengan air laut ya?"
"Aerin noona, ini telur goreng atau cangkang goreng, sih?"
"Noona, brownisnya terlihat seperti tai."
Tidak hanya beberapa itu, berbagai macam keluhan lainnya terlontar dari semua orang yang ada di ruang makan. Aerin berkali-kali menanggapinya dengan ringisan kecil, tidak berniat sama sekali untuk memasak ulang makanan-makanan yang gagal itu. Kepalanya sudah cukup terasa panas untuk kembali menyibukkan diri di balik kompor, bisa-bisa dapurnya kebakaran karena kebanyakan sumber panas.
Belum lagi dia harus bersiap-siap untuk mengantar Jimin dan Taehyung ke sekolah. Pengecualian untuk Jungkook karena Aerin sudah berjanji agar tidak memaksa bocah itu masuk sekolah lagi. Biasanya Jungkook hanya akan ikut mengantar, setelahnya pulang kembali bersama Aerin.
Hanya ada mereka berenam di ruang makan. Ya, lagi-lagi tanpa Yoongi. Jangan tanya mengapa karena Aerin tidak ingin memikirkan alasan apa yang membuat pria itu enggan datang untuk sarapan.
Tidak gentle sekali pria itu. Mentang-mentang yang paling dewasa jadi bisa bertindak sesuka hati. Padahal Aerin juga tidak mau menampakkan dirinya hari ini karena masih syok, tapi mau bagaimana lagi. Kehadirannya di rumah ini sama saja seperti seorang ibu, kalau tidak ada pasti semua akan berbondong-bondong datang ke kamarnya.
"Yoongi hyung tidak sarapan lagi ya. Jangan-jangan karena, uhuk, yang semalam, uhuk."
Hoseok memancing emosi Aerin dengan mengorek memori tentang kejadian kemarin malam. Dia selalu tahu bagaimana cara menyulut api amarah di dalam diri Aerin. Sebut saja nama Yoongi, niscaya gadis itu akan berubah menjadi gorila yang mengamuk seperti di film Tarzan.
Yeah, hitung-hitung Balas dendam karena Aerin mengadukan pasal Yooie, ceritanya.
Aerin ingin sekali menempeleng kepala remaja tujuh belas—atau mungkin sudah delapan belas tahun itu. Tapi, jangankan mengayunkan lengannya, untuk mengumpat saja Aerin tidak punya tenaga.
Sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak pada Hoseok karena hari ini Aerin tidak sedang dalam kondisi yang fit untuk meladeni ledekannya.
Untungnya, masakan Aerin pagi ini sangatlah hancur, anggap itu adalah bentuk balasannya kepada Hoseok. Aerin harap Hoseok menemukan hal-hal aneh selain cangkang telur pada telur goreng.
Paku dan kawat, misalnya
"Aku sarapan di sekolah deh, masakan Aerin noona keasinan semua." keluh Hoseok lalu beranjak pergi setelah meminum segelas air, mengambil tasnya yang diletakkan di sofa dan langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Seharusnya selesai di situ saja, mendapat keluhan darinya saja sudah berhasil membuat Aerin mengembang-kempiskan hidung. Tapi wajah mengesalkan Hoseok tiba-tiba melongok dari celah pintu rumah. Aerin tidak dapat melihatnya, tapi jelas dia dapat mendengar teriakan Hoseok dari luar sana.
"Katanya kalau makanan keasinan, tandanya yang masak kepengen nikah, lho!"
Kalimat itu merupakan alasan yang cukup jelas bagi Aerin untuk melangkah lebar dari ruang makan menuju sumber suara yang membuatnya naik pitam, kemudian melempar sebuah sendok besi dengan penuh kebencian.
Hoseok langsung menutup pintu dan tancap gas dengan tawa membahana. Lemparan sendok itu meleset, menabrak pintu dan terjatuh, memantul beberapa kali sehingga menimbulkan suara yang nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanficAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_