Jangan lupa pencet bintangnya ya guys!Ps! Sebelum baca aku saranin tarik napas, lalu buang perlahan. Udah? Let's get it!
***
"Ayahku kembali."
Itulah kalimat pertama yang Aerin ucapkan ketika sampai di rumah kontrakan Nara. Tanpa basa-basi, langsung saja menceritakan alasan kedatangannya begitu menjatuhkan diri ke kasur temannya itu.
Nara berjalan menuju dapur yang tak jauh dari kamar. Sebenarnya ruangan berukuran 7x7 meter itu tidak bisa dikatakan sebagai rumah. Lebih tepat jika dikatakan sebagai kamar kos, tapi lengkap dengan dapur dan kamar yang sedikit lebih luas.
Gadis dengan kaos pink mencolok itu kembali dengan membawa sekaleng soda dan teh diet yang sudah diteguk beberapa kali. Ia meletakkan soda itu di meja dan duduk di satu-satunya sofa yang terletak tak jauh dari kasur.
"Apa katanya?"
"Dia mau aku kembali bersamanya."
"Terus?"
"Aku tidak tahu."
Nara itu memang cuek, tapi dia mengerti perasaan Aerin lebih dari siapapun. Dia selalu marah jika Aerin menjadikan rumah kontrakannya sebagai tempat pelarian, tapi tak pernah ada niatan untuk mengusir Aerin dari sana.
Bunyi 'clak' dari kaleng dibuka juga desisan soda membuat Aerin mendongakkan kepalanya yang dibenamkan di bantal. Nara meletakkan kembali kaleng itu di meja, lalu mendorongnya ke sisi yang mendekati Aerin.
"Minum, hanya ada itu."
Aerin bangkit dari kasur, ikut menyeret sebuah bantal lalu duduk di lantai. Langsung saja ia mengambil kaleng itu dan meneguk isinya beberapa kali.
"Kalau kau ada di posisiku, apa yang akan kau lakukan?" tanya Aerin dengan nada putus asa, meletakkan kembali kaleng soda ke meja kemudian memeluk erat bantal berbentuk hati yang warnanya sudah memudar.
"Aku bukan kau. Apa yang kita lakukan selalu berbanding terbalik."
Mendengar jawaban itu, Aerin semakin mengeratkan pelukannya pada bantal. Mungkin jika peluknya bertambah erat, bantal itu bisa-bisa hancur dengan kapuk bertebaran.
"Kalau ayahku yang seperti itu kembali, aku akan menjambak rambutnya dan meminta kembali uang yang sudah dia bawa lari. Kalau uangnya tidak ada, aku akan mencabik-cabik badannya dan menjual semua organnya ke pasar gelap."
Aerin jadi menyesal bertanya pada gadis penghuni rumah kontrak ini. Otaknya itu memang gila, benar kata orang kalau perempuan cantik itu menakutkan.
"Tapi, Aerin yang kutahu pasti akan mendengar penjelasan terlebih dahulu, kan?"
"Semua yang terjadi pasti ada alasannya. Dengarkan saja dulu, apa yang akan kau lakukan berikutnya itu urusan nanti."
Wejangan Nara benar-benar membuat Aerin bimbang setengah mati. Dia memang ingin melakukan itu, tapi sulit sekali untuk merealisasikannya. Apalagi orang itu adalah ayahnya. Seburuk apapun perbuatannya dulu, orang itu tetaplah ayahnya.
"Kau tidak apa-apa?"
Kalimat itu adalah kalimat yang terlarang untuk diucapkan ketika salah satu dari mereka sedang bersedih. Mereka tahu benar kalau kalimat itu nantinya akan membawa gelombang emosi yang berlebihan kemudian jatuh dalam bentuk tangisan.
Namun, Nara tetap mengatakannya. Walau tahu sahabatnya itu sedang tidak dalam keadaan tidak apa-apa, dia tetap bertanya demikian.
Menangis merupakan tindakan yang lemah, tapi manusia itu lemah untuk menjadi kuat. Nara hanya berharap, setelah ini sahabatnya itu akan menjadi lebih kuat lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/151226822-288-k823116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanficAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_