36; Sebuah kemajuan

2K 374 178
                                    


Jangan lupa pencet bintangnya ya guys!

Ps!
• 2k words, hati2 matanya ya, yg ga kuat baca malem2 bsk pagi aja!
• Aku saranin ganti dulu page color nya jadi putih, saran aja sih biar klop aja ntar. Di chapter ini aja kok hehe.

***

"Kookie mau yang tuna atau jamur?" Jimin bertanya sambil mengangkat dua slice piza berbeda toping pada masing-masing tangannya.

"Kenapa Kookie harus memilih kalau bisa makan dua-duanya?"

Tanpa aba-aba, Jungkook merebut dua slice piza itu dari tangan Jimin dan memasukkannya ke dalam mulut. Walaupun yang berhasil masuk hanya seperempatnya saja.

Padahal, Jimin mengambil potongan piza itu penuh dengan perjuangan. Beruntung tadi dia bisa mengambil dua potong piza karena dibantu oleh Taehyung. Tangan kecilnya tidak mampu menggapai letak piza yang diletakkan di tengah meja, sedangkan dia duduk di pinggir.

Jungkook tanpa pikir panjang malah memakan keduanya tanpa menyisakan satu untuk Jimin.

Ingin meminta tolong pada Taehyung lagi, tapi bocah satu itu sudah kelewat fokus menikmati pizanya. Begitu juga Hoseok, dengan jahatnya dia meledek Jimin yang tidak kedapatan piza.

Jimin ingin menangis saja kalau begini. Tidak ada lagi yang memperhatikannya, sama seperti saat itu. Bibirnya mungilnya mulai mengerucut, keberadaannya yang terletak di pojok sama sekali tidak terdeteksi oleh siapapun.

Sampai sebuah tangan mengulur dari belakangnya, meletakkan dua buah piza berbeda toping di piringnya yang kosong. Jimin berbalik, mendapati Jisoo sedang tersenyum sambil mengelus kepalanya.

"Kalau ingin apa-apa, panggil saja noona, okay?"

Jimin mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca, langsung mengambil piza bertoping tuna dan memakannya. Seketika bocah gembul itu melupakan segala kesedihannya dan ikut tertawa bersama dua saudara kecilnya yang lain saat menanggapi lelucon Hoseok.

Mulai saat ini, Jisoo Noona adalah noona terfavoritnya setelah Aerin Noona.

Berbeda lagi dengan keadaan yang ada di seberangnya. Aerin, Yoongi, juga Namjoon memakan piza mereka tanpa sepatah kata pun. Aerin bahkan sampai mengunyah beratus-ratus kali satu gigitan pizanya dengan kepala tertunduk. Namjoon malah terkesan seperti tidak mengunyah pizanya, sudah tiga potong piza dia habiskan dalam waktu singkat. Kalau Yoongi, tidak ada yang aneh sih, dia bertingkah seperti biasanya.

Jisoo menatap bingung ketiganya ketika kembali duduk di kursi. Istri Seokjin itu segera menyikut Seokjin, membuat pria itu sedikit mengaduh kesakitan karena sikutannya kelewat kuat.

"Coba lihat, perbedaan dunia macam apa yang sedang aku lihat ini."

"Di kanan, mereka makan sambil tertawa-tawa."

"Di kiri, mereka makan seakan tidak bernyawa."

"Kenapa kita harus ada di tengah-tengahnya?"

Seokjin ikut melihat satu persatu arah yang ditunjuk Jisoo. Sambil terus mengunyah pizanya juga mengelus lengan yang masih sedikit terasa nyeri, Seokjin mengangguk seakan mengerti akan keadaannya.

"Biarkan sajalah. Itu permasalahan mereka."

Jisoo mengangguk pasrah dan kembali memakan pizanya. Walaupun di dalam hati, ia ingin sekali mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi pada manusia-manusia dewasa yang ada di sana.

Sarapan selesai tanpa adanya interaksi yang berarti. Mereka langsung beranjak dari meja makan menuju tujuannya masing-masing.

Padahal Yoongi baru saja pulang dari pekerjaannya, Seokjin dan Jisoo juga menyempatkan diri mampir ke rumah. Seharusnya hari ini mereka lebih antusias lagi!

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang