Aerin sempat berpikir, kenapa Yoongi selalu menatapnya tidak suka sedangkan ia bersikap biasa saja kepada perempuan lain? Padahal Aerin tidak pernah berbuat buruk kepadanya.Setelah lelah berpikir dan akhirnya mengabaikan sikap jahat Yoongi kepadanya, tiba-tiba saja pria itu berubah 180 derajat menjadi baik sampai-sampai Aerin menganggap kalau hal itu hanyalah halusinasi. Walaupun hanya sebentar, Aerin yakin jika Yoongi mulai bersikap terbuka kepadanya disaat mereka pergi ke supermarket bersama si tiga terkecil.
Jadi Aerin kira, Yoongi pasti akan memahaminya jika ia mengakui kesalahannya yang sebenarnya adalah kesalahan Namjoon.
Tapi sepertinya Aerin salah mengartikan sikap baik Yoongi yang hanya sebentar itu.
"Aku akan bicara dengan hyung. Dia tidak benar-benar serius dengan ucapannya, dia hanya terlalu marah."
Aerin menggeleng pelan, memandang ketiga bocah yang sedang tertidur lelap. "Dia selalu serius. Kau ingat kan dia pernah menggunting kabel TV."
Namjoon sangat merasa bersalah kepada Aerin. Pasalnya, semua kesalahan ada padanya. Namun Aerin dengan keberanian tanpa batas malah mengambil semua tanggung jawab atas kesalahan itu. Rasanya ingin memberi tau kebenaran kepada Yoongi, tapi keberaniannya tidak sebesar milik Aerin.
Aerin saja diusir keluar, apalagi dia? Bisa-bisa setelah mengungkap fakta, dirinya hanya menyisakan nama saja.
Namjoon akui, dia memang sepengecut itu jika berlawanan dengan Yoongi. Walaupun dirinya terdampar di pulau alien dengan beribu-ribu leviathan*, kemarahan Yoongi tetap tidak ada tandingannya.
*Raksasa
"Tidak apa-apa, walaupun aku sudah tidak disini lagi kita masih bisa bertemu, kan?"
Aerin berkata seakan sedang meniup segumpal kapas, ringan sekali. Nyatanya ia seperti mengangkat batu seberat ribuan ton.
Andaikan di dunia ini ada mesin waktu agar ia bisa mengubah nasibnya.
Ia jadi teringat bahwa dosennya yang narsis merangkap majikannya pernah berkata,
"Kalau saja ada mesin waktu, tidak akan ada kata penyesalan dan manusia tidak akan pernah belajar dari kesalahannya." –Seokjin 2020.
Namjoon menghela napas lalu menggaruk kepala kasar. Kelihatannya kepala yang berkapasitas IQ 140 itu mulai panas karena digunakan untuk hal-hal yang sepele.
"Memangnya kau ada tempat tinggal?"
"Kau pikir aku tidak punya teman?"
"Lalu selamanya kau akan menyusahkan temanmu?"
"Apa?! Tentu saja tidak, aku akan menyewa rumah!"
"Uang dari mana? Kau kan tidak ada pekerjaan."
"Kau mengajakku berkelahi? Ini semua kan salahmu!"
"Karena ini salahku, makanya aku-"
"Namjonie! Noona! Berisik sekali! Iron Man jadi pergi karena telinganya sakit!"
Perselisihan mereka berhenti begitu saja ketika Jungkook terbangun dari tidurnya. Matanya masih setengah terbuka, tapi masih cukup sadar untuk mengerti apa yang tengah di perdebatkan dua manusia di hadapannya.
"Noona mau pergi, ya?"
Aerin tersentak kaget. Begitupula Namjoon. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Jungkook, membuat si bungsu mengerutkan dahi.
"Noona, jangan pergi lama-lama ya. Setelah bermain dengan teman noona, noona harus cepat-cepat pulang."
Aerin bernapas lega ketika mengetahui Jungkook tidak benar-benar mengerti topik percakapannya dengan Namjoon. Ia kemudian mengelus kepala Jungkook, tersenyum lembut lalu mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanfictionAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_