"Jadi, Aerin yang meracuni mereka?"Seokjin memperhatikan satu persatu adiknya, menunjukkan raut tidak percaya dengan satu alis menukik. Bagaimana mau percaya? Aerin itu salah satu mahasiswa yang sangat terkenal karena kedisiplinannya.
Well, walaupun ia terkadang bertingkah aneh dan random untuk gadis seusianya. Lagi pula, Seokjin merekrut Aerin dengan bayaran awal yang sangat besar bukan untuk main-main. Ia tahu jika Aerin akan melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar.
"Tidak seperti itu juga. Maksudku, dia memang mungkin tidak sengaja, tapi keteledorannya membuat ketiga anak ini keracunan." Yoongi tidak menyanggah, tidak pula membenarkan.
Sebenarnya ia tidak tau juga alasan memecat Aerin saat itu. Hanya berbekal rasa marah, kesal karena tidak ada yang menghubunginya, dan mungkin cemburu?
Memang tidak ada korelasi antara keracunan dengan cemburu. Tapi entah kenapa, melihat Aerin lebih percaya kepada yang lain dan membiarkannya tidak mengetahui apapun membuat Yoongi dilanda perasaan aneh. Yoongi yang tertua selain Seokjin, tapi kenapa Aerin tidak menghubunginya? Kenapa malah lebih memilih Namjoon dan Hoseok untuk menemaninya membawa para bocah ke rumah sakit?
Sampai sekarang pertanyaan itu belum juga mendapatkan jawaban.
"Kau yakin? Siapa yang tahu memangnya? Bisa jadi roti yang ada di meja itu milikmu? Atau milik Hoseok?"
"Bisa jadi rotinya milik Namjoon, kan? Memangnya ada label nama yang bertulis 'ini roti milik Aerin' begitu?"
Namjoon mendadak terserang tremor, tangannya jadi gemetaran sendiri. Ah tidak, sepertinya memang cuacanya saja yang dingin, kan?
"Ada Seokjinie! Ada labelnya! Jimin ingat sekali kalau label kuenya itu... eum... Ada huruf 'R'... terus... 'M'! Iya! Benar! Jimin masih ingat! RM!"
Tangan Namjoon semakin bergetar, jelas sekali getarannya bukan karena kedinginan. Dibalik IQ nya yang tinggi menjulang, dia memang bodoh. Ingin menyelamatkan Aerin dengan mendatangkan Seokjin tapi malah dia yang terkena getahnya.
Eh? Tapi kan memang ini salahnya dari awal? Malahan Aerin yang jadinya bertanggung jawab.
"RM? Sepertinya tidak ada merek roti seperti itu?"
"Kenapa jadi membahas merek roti sih? Kita sedang membahas Aerin!" Namjoon segera memutus percakapan tentang roti dan mengganti ketopik yang semestinya.
Memang tidak ada yang tau RM itu siapa kecuali dirinya. Iya, hanya dirinya yang tau karena RM adalah dirinya sendiri.
Lagian bodoh sekali, kenapa juga ia melabeli rotinya yang sudah kadarluarsa dengan username instagramnya.
"Jadi mau bagaimana? Aerin belum terbukti bersalah tapi kau sudah memecatnya. Kau tidak tau ya berapa uang yang kukeluarkan agar ia bekerja disini?!"
Jisoo sedang berdiri di belakang Seokjin yang diliputi kekesalan. Dari belakang saja terlihat kalau isi otak Seokjin sudah meluber karena terbakar rasa marah. Sebelum bertambah parah, Jisoo memutuskan untuk menenangkan Seokjin dengan menepuk-nepuk pundaknya.
"Maaf, hyung."
Rasanya sangat aneh mendengar kata maaf keluar dari mulut pedas Yoongi. Hoseok yang mendengarnya pun ingin membersihkan kedua telinganya lalu memutar reka ulang kata maaf itu.
"Kau kira maaf cukup?"
Yoongi menatap Seokjin dengan raut bingung. Seketika rautnya berubah menjadi menyeramkan ketika Seokjin memberi tau apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
Fiksi PenggemarAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_