Jangan lupa pencet bintangnya ya guys!***
Aerin POV
Sepanjang hidupku, aku belum pernah diajak seorang pria untuk menonton kembang api bersama. Jangankan pria, Nara saja ogah-ogahan mengajakku.
Sebenarnya pula, aku belum pernah berpacaran. Mempunyai niat untuk mencoba pun tidak ada. Aku terlalu sibuk untuk mengurusi kehidupanku yang awut-awutan.
Setelah melihat pengalaman Nara, aku tahu kalau pacaran itu hanya membuang-buang waktu dan uang. Aku tidak mau menambah 1000 masalahku dengan 1 masalah lainnya. Masalahku memang banyak, tapi laki-laki bukanlah salah satunya.
Kalau sekarang... entahlah. Sepertinya aku harus menambahkan 'Pria dingin' di list masalahku yang ke-1001.
Dan lagi, tidak ada lelaki yang berani untuk mendekatiku. Kalau mereka mendekati, aku pasti akan merespon tindakan mereka dengan ogah-ogahan. Membuat mereka yang tadinya mengambil satu langkah segera mundur sepuluh langkah.
Hanya ada satu pria yang bisa membuatku tertarik padanya, bahkan ketika dia tak berbuat apapun padaku.
Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Pak Seokjin.
Namun, kisah cintaku kandas begitu saja ketika ia mendeklarasikan diri untuk memulai kehidupan baru bersama wanita pilihannya. Tidak bisa dibilang kisah cinta sih, karena hanya aku yang mempunyai rasa pada Pak Seokjin.
Ah iya, maksudku Seokjin oppa.
Sedikit miris, aku baru bisa memanggilnya Oppa saat ia sudah menikah dengan Jisoo.
Tapi tenang saja, perasaanku pada Seokjin oppa sekarang hanyalah sebatas perasaan seorang adik pada kakaknya.
Selama sepuluh bulan bekerja dengannya, perasaanku tiba-tiba lenyap tanpa sisa. Mungkin karena aku menyadari jika dia mempunyai kepribadian yang berbeda saat ada di rumah dan di kampus, bisa saja aku hanya mengagumi sosoknya yang ada di kampus.
Aku tidak mempunyai pengalaman berkencan. Namun, malam ini aku akan pergi menonton kembang api bersama seorang pria.
Tidak ada yang spesial sih, bukan disebut kencan juga. Lagipula pria itu adalah Namjoon. Aku tidak perlu ambil pusing dan hanya perlu menikmati festival kembang api karena dia adalah Namjoon. Dia tidak mungkin mempunyai perasaan padaku, pria sepertinya tidak akan mau dengan gadis jadi-jadian sepertiku.
Pada jam sembilan lebih beberapa menit, aku keluar dari rumah dengan menyandang sebuah tas selempang kecil. Tidak ada isinya, kubawa cuma sebagai aksesoris. Setidaknya aku harus terlihat layak ketika berjalan di samping Namjoon. Dia memang sembrono, tapi kuakui dia itu tampan.
Di halaman rumah, Namjoon sedang berdiri sambil mengetuk-ngetuk ujung sendalnya ke tanah. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Rambutnya tersisir rapi, tidak kusut lagi seperti baru bangun tidur.
Malam ini pun dia kelihatan tampan dengan pakaian kasual seperti itu.
"Joon, aku sudah siap."
Namjoon berbalik untuk melihatku. Sejenak dia diam terpaku, melihatku dari atas ke bawah lalu kami saling bertatapan. Tatapannya seolah berkata 'Kau yakin sudah siap? Kau sudah mandi?' seperti itu. Aku tersenyum kikuk sambil menggaruk pipi dengan telunjuk.
Aku memang membawa tas selempang sebagai aksesoris, tapi pakaianku sepertinya terlampau sederhana. Celana jeans pudar yang sebelumnya telah kupakai saat kuliah, dan hoodie putih polos tanpa sablon atau bordir.
Tidak apa-apa, kan? Kami juga pergi bukan untuk berkencan.
"Ayo."
Namjoon memutus kontak mata kami lalu berjalan menuju mobil yang sudah diparkirkan di luar pagar. Namjoon mengambil keputusan yang tepat agar orang yang ada di rumah tidak menyadari kepergian kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanfictionAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_