14; Kemarahan Hyungie

2.2K 359 70
                                    


"Kenapa tidak ada yang memberi tahuku?!"

Kemarahan Yoongi menjadi pembuka yang buruk pada pagi hari ini. Kalau sebelumnya marah Yoongi dapat di istilahkan sebagai tsunami, maka sekarang adalah kiamat.

Hoseok menunduk dalam, begitu pula Namjoon yang malah memainkan gantungan kunci rumah. Jimin, Taehyung dan Jungkook sudah dibawa ke kamar untuk beristirahat. Untung saja tak terjadi sesuatu yang serius pada mereka. Oleh sebab itu hari ini mereka diperbolehkan untuk pulang.

Tapi siapa yang menyangka kalau pagi ini mereka disambut dengan pelototan mata Yoongi yang sangat sipit. Setelah meletakkan si kembar dan Jungkook di kamarnya, Yoongi langsung saja meluapkan amarahnya.

"Tidak ada yang mau menjawab?! Kalian bisu? Ikut keracunan juga?!"

"Bukannya tidak ingin memberi tahu. Semuanya sedang panik, jadi tidak ada yang terpikir untuk menghubungimu." Aerin akhirnya angkat suara.

Jujur saja, menjawab pertanyaan Yoongi yang sedang marah itu seperti mengumpankan diri sendiri kepada beruang yang kelaparan. Tapi mau bagaimana lagi, harus ada yang ditumbalkan agar beruangnya tidak semakin mengamuk.

"Lalu kenapa tidak ada yang mengangkat telponku? Kalian pikir aku tidak panik ketika kalian tidak pulang sampai tengah malam?!"

"Maaf hyung, baterai handphoneku habis." Hoseok menjawab.

Namjoon masih setia membisu. Hanya ada suara gemerincing dari gantungan kunci yang ia mainkan, membuat Yoongi kesal lalu merampas kunci itu darinya.

"Handphoneku... jatuh di jalan..."

"Kenapa tidak kepalamu saja yang kau jatuhkan? Percuma pintar tapi selalu merusakkan barang." kesal Yoongi sambil mengetuk kepala Namjoon dengan gantukan kunci yang ia rampas.

"H-hyung, a-aku boleh pergi t-tidak? I-itu, aku mau sekolah. Hari i-ini ada ulangan—"

"Sejak kapan kau perduli dengan ulangan? Nilaimu bahkan tak pernah lebih dari nol."

Kalau sudah seperti ini, yang Aerin bisa lakukan hanyalah menunggu gilirannya untuk mendapat cacian dari Yoongi.

"Kau, apa alasan tidak mengangkat telponku?"

Tanpa melihat pun Aerin tau pertanyaan itu ditujukan untuknya. Jadi ia segera menegapkan punggung lalu menatap Yoongi yang balas menatap setajam silet.

"Aku sengaja tidak mengangkatnya."

"Apa?! Kau—"

"Kalau aku angkat, aku pasti hanya akan menangis."

Helaan kasar napas Yoongi seakan mewakilkan perasaannya. "Setidaknya kau bisa mengetik pesan untukku! Jarimu tidak akan ikut menangis, kan?!"

"Kau kira aku bisa berpikir seperti itu ketika ketiga adikmu itu sedang kesakitan?!"

Namjoon diam-diam mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Aerin, seolah menyuruh Aerin untuk tetap tenang.

"Kau sendiri memangnya ada dimana? Kau bahkan tidak pernah keluar dari kamar, kenapa kemarin kau malah keluar dari rumah tanpa bilang-bilang?"

"Kau sedang memarahiku sekarang?!"

"Memangnya hanya kau yang bisa marah?!"

Tampaknya teriakan Aerin yang tiba-tiba itu membuat Jungkook terbangun—atau ia sudah terbangun sejak Yoongi berteriak dan mendengar semuanya. Seakan menjadi pahlawan, ia menghampiri Aerin yang sedang diliputi api kemarahan lalu memeluk kaki kanannya. Pertempuran antara Aerin dan Yoongi langsung berhenti begitu saja.

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang