4; Jungkookie~

2.9K 395 57
                                    


Hari pernikahan Seokjin pun tiba.

Aerin sedari tadi sedang duduk gelisah, memandangi kedua telapak kakinya yang dibalut highheels bewarna putih, senada dengan gaun yang tengah dipakainya saat ini. Jennie, salah satu bridesmaid selain dirinya memberi titah kepada Aerin agar istirahat sebentar, sedangkan ia melanjutkan sisanya.

Tak tahan untuk berdiam diri, Aerin lantas bangkit dan pergi untuk mengintip dari celah pintu. Beberapa orang terlihat berlalu lalang di depan ruang tunggu pengantin wanita ini.

"Kapan pengantin wanitanya selesai?" Namjoon tiba-tiba membuka pintu, membuat Aerin sedikit terjungkang ke belakang. Akhirnya ia memilih untuk menyudahi kegiatan intip-mengintipnya dan duduk kembali di kursi.

"Jisoo sudah siap, tinggal merapikan gaun dan sepatunya saja." Jawab Jennie.

Namanya Kim Jisoo. Ingatkan Aerin untuk mencuci otaknya di rumah agar nama perempuan yang akan menjadi istri Seokjin itu cepat luntur dari ingatannya.

Sungguh! Aerin tidak ingin mengingat hal-hal yang menyedihkan dan menyakiti hatinya. Cukup rumus matematika, selebihnya tidak!

Namjoon baru akan pergi, tapi ketika melihat raut wajah Aerin yang sangat murung, ia mengurungkan niatnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya menghampiri Aerin.

Aerin sedikit mendongak, memandangi wajah Namjoon yang dihiasi sedikit make-up. "Ya, cuma sedikit gugup."

Lucu sekali. Padahal bukan dirinya yang menikah, tapi rasa gugupnya sampai-sampai membuat kedua tangannya dingin dan bergetar.

Namjoon menganggukkan kepala, "Ya, wajar saja sih. Aku juga gugup. Gugup memikirkan apa yang akan dilakukan Seokjin hyung di malam pertamanya nanti, hahaha." Candanya. Namun, Aerin sama sekali tidak terhibur. Moodnya semakin anjlok ketika memikirkan dirinya yang akan ditinggal menikah.

Ya, pria yang selama ini ia sukai akan menikah. Bukan dengannya tapi dengan gadis lain dan dialah yang akan membantu gadis lain itu.

"Maaf, candaanku tidak lucu, kan? Aku tahu. Aku tidak tampan seperti Jin hyung, tidak keren seperti Yoongi hyung, aku juga tidak lucu seperti Hoseok. Sebenarnya aku juga tidak yakin, aku ini memang saudara mereka atau bukan."

Aerin tertawa kecil, perlahan-lahan mulai melupakan kegugupannya. "Candaanmu yang ini lucu, kok."

"Aku tidak bercanda, ini fakta." Namjoon menjawab dengan wajah serius. Namun sepersekon kemudian, ia kembali mengubah raut wajahnya menjadi konyol. "Aku bercanda."

Aerin kembali tertawa. "IQ-mu tinggi. Setidaknya Jungkook mirip denganmu. Bocah itu bisa menyelesaikan rubik dalam hitungan detik."

Giliran Namjoon yang tertawa. "Jungkook itu memang mirip dengan semua hyungnya. Dia itu mudah belajar. Aku yakin dia mempelajari rubik hanya karena ingin di puji olehku dan yang lain. Persis tipe anak terakhir kebanyakan. Apalagi dia yang waktunya sangat singkat bersama kedua orang tua kami." Namjoon mendadak sedih setelah menyelesaikan ucapannya.

"Jungkook juga mirip denganku, terkadang. Maksudku, kami sama-sama terlihat ceria, tapi kamilah yang sebenarnya paling sedih." Aerin mengakhiri kalimatnya dengan helaan napas putus asa.

Kenapa mendadak berubah menjadi sendu seperti ini?

Suasana hening, sangat hening sampai suara-suara keributan dari luar menyelinap masuk ke ruang tunggu yang sedang mereka tempati.

"Namjoon!"

Baik Namjoon dan Aerin langsung membuyarkan lamunan mereka. Yoongi sedang berdiri di hadapan mereka dengan dahi berkerut. Menatap Namjoon dan Aerin bergantian lalu mendengus remeh. "Kalian tidak lagi mesra-mesraan atau apapun itulah, kan?"

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang