Aerin tidak mengerti, mengapa dia dengan mudahnya menerima ajakan Yoongi untuk pulang ke rumah. Seharusnya ia marah saja! Lagipula Yoongi yang seenak hati memecatnya (re: mengusir) tanpa belas kasihan!Namun, Aerin hanyalah seorang gadis biasa yang tetap akan luluh jika dibujuk dengan kata-kata manis seperti itu.
"Semuanya merindukanmu. Semuanya, tanpa terkecuali."
Apapula maksudnya itu? Aerin tahu dia ini memang sosok yang mudah dirindukan. Para bocah itu mungkin merindukannya, tapi ia tidak yakin dengan Hoseok dan Namjoon. Apalagi Yoongi! Hingga utara dan selatan bertukar pun, Aerin yakin Yoongi sama sekali tidak akan pernah merindukannya!
"Noona! Huhu kami rindu sekali!"
"Noona kemana saja?! Kenapa pergi tidak bilang-bilang?!
"Noona bohong! Kemarin katanya mau membuat brownis untuk Kookie!"
Ya, para bocah ini tentu saja sangat merindukannya.
Langkah Aerin terhenti di ambang pintu ketika para buntalan kecil itu berlomba-lomba untuk menghampirinya. Setelah sampai, mereka langsung saja memeluk kaki Aerin dengan air mata yang bercucuran.
"Noona tidak boleh pergi ke rumah teman noona lagi! Teman noona jahat! Kenapa noona tidak boleh kesini lagi? Pasti teman noona yang melarang!" Jungkook mengomel, membuat Aerin tertawa kecil.
Siapa yang tahu kalau di balik tawa kecil Aerin itu tersembunyi kata-kata hujatan untuk Namjoon dan Yoongi. Jelas semua ini adalah kesalahan mereka! Satunya teledor dan yang satu lagi emosian. Kalau dipikir-pikir, dia sama sekali tidak bersalah! Ketika itu dia sedang kuliah, tiba-tiba pulang karena anak-anak itu keracunan, besoknya ia sudah dipecat.
Coba sebut di mana letak kesalahan Aerin?!
Ah, sok berani dengan menyatakan kesalahan Namjoon adalah kesalahannya adalah satu-satunya kesalahan Aerin. Ia jadi sadar jika tidak semua yang ada di dunia ini harus dihadapi dengan kebaikan.
"Noona tetap harus pergi ke rumah teman noona." jawab Aerin, seketika tiga bocah yang sedang memeluknya tambah menangis keras.
"Huuuu! Tidak boleh-hik! Tidaaak!"
"Noona tidak sayang kami? Padahal kami sangat sayang noona, huhu."
"Tahan Aerin noona! Noona tidak boleh kemana-mana!"
Berdasarkan perintah Jimin, ketiga anak kecil itu segera mengeratkan pelukan mereka. Bahkan Jungkook sudah menggantung di kaki Aerin seperti koala. Diam-diam Aerin tersenyum tipis. Di mana lagi ia bisa merasakan hal-hal seperti ini?
"Kalian berlebihan sekali, Aerin pergi untuk mengambil bajunya. Nanti kembali lagi."
Yoongi menepis bahu Aerin yang sedari tadi menghalangi pintu. Sudah cukup lama ia berdiam diri dan menyaksikan opera sabun di depan rumahnya. Ia tak tahan jika harus melihatnya lebih lama lagi.
Bertepatan dengan masuknya Yoongi, Hoseok dan Namjoon serentak keluar dari kamar, serentak pula menyadari kehadiran Aerin di pintu masuk. Tak perlu menunggu lama mereka langsung menghampiri Aerin dengan wajah penuh suka cita.
"Noona! Kenapa lama sekali! Rumah ini hampir menjadi medan perang dunia ketiga!"
Berbeda dengan Hoseok yang sangat dramatis, Namjoon malah memasang tampang coolnya. "Eoseo wa, uri jib-e-neun cheoeum-iji?*" candanya.
(*"Selamat datang, pertama kalinya ke rumah kami, kan?")
"Lain kali aku tidak akan mau membantumu lagi." Jawaban Aerin sontak membuat Namjoon menunjukkan raut sok sedih lalu merentangkan kedua tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanfictionAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_