13; Sakit

2.4K 344 15
                                    


-Aerin POV-

Sudah aku putuskan, mulai detik ini juga aku tidak boleh mempercayai satu pun perkataan Hoseok. Satu pun!!

Urgent? Darurat? Mayday? Kepala botakmu!

Jantungku nyaris saja copot ketika ia menelpon dengan nada panik. Aku kira ada hal yang luar biasa darurat terjadi di rumah.

'Jungkook yang mencoba-coba untuk memasak malah membakar separuh dapur' misalnya.

Namun, yang aku dapati setelah sampai di rumah adalah keadaan yang aman, damai dan tentram. Well, tiga kata itu memang cukup aneh dan tidak pantas untuk mewakili keadaan rumah jika ketiga monster kecil ada di dalamnya.

Ah ya, ada juga satu monster penghancur, satu monster bermulut api, dan satu monster berotak separuh.

Memangnya rumah ini monster academy?!

Tapi sungguh! Aku rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku bahkan sudah berkeliling rumah sebanyak tiga kali, tapi tidak ada satupun masalah yang tertangkap oleh mataku. Lantas kenapa aku harus dilanda rasa panik yang berlebihan?

Justru yang lebih menghawatirkan itu adalah Hoseok! Sekarang saja dia masih bertahan berada di garasi. Terus berusaha untuk mematikan mesin motor yang entah kenapa tidak mau mati.

"Noona! Mesin motornya tetap tidak mau mati!" Hoseok mengadu dengan tampang kebingungan. Ia berjalan memasuki rumah lalu tanpa perduli menggaruk pelipisnya dengan tangan yang dipenuhi noda hitam.

Aku kembali memandang bingung. Jadi masalah daruratnya itu apa? Sepertinya masalah motor yang tidak mau mati ini lebih darurat dari apapun.

"Terus? Kenapa mengadu padaku? Cari cara untuk mematikan mesin motornya, dong!"

"Tidak usah, aku lelah mencoba. Kalau besinnya habis pasti mesinnya mati sendiri."

Pintar sekali kau, Hoseok!

"Terserah kau saja! Memang masalah darurat apa yang terjadi sampai-sampai kau menjemputku ke kampus?"

Hoseok menepuk keningnya kuat, membuat jejak tangan hitam berhias di keningnya.

"Aku sampai lupa! Sangat darurat noona! Ayo ikut aku!" teriaknya lalu berlalu menuju kamar ketiga termuda.

Ah iya, aku lupa memeriksa kamar mereka.

Aku pun melangkah mengekori Hoseok sambil memikirkan sesuatu. Kalau di pikir-pikir, Jimin, Taehyung, dan Jungkook memang sering membuat keributan yang membuat kepala mau meledak. Tapi itu memang selalu terjadi. Bukannya aneh kalau mereka tidak membuat keributan pada hari ini?

Setelah menyadari hal itu, kakiku pun melangkah lebih cepat. Tepat ketika Hoseok mengulurkan tangan untuk membuka pintu, aku terlebih dulu memegang gagangnya dan membuka dengan tak sabaran.

Benar saja dugaanku. Mereka—Jimin, Taehyung, dan Jungkook sedang berbaring bersebelahan dengan keringat bercucuran. Tangan Jungkook yang biasanya selalu terisi dengan kubik ataupun brownis kini meremat perutnya kuat.

"Sepertinya mereka keracunan. Namjoon hyung lupa membuang roti yang sudah kadarluarsa. Mereka memakannya karena berpikir jamur yang ada di roti itu kismis."

Spontan aku lebih melangkah mendekat kemudian mengecek suhu mereka satu persatu. Panas.

"Kau sudah beri mereka minum?"

"Sudah tapi mereka terus saja muntah setelah minum air, jadi mereka tidak mau minum lagi."

Menyadari ada aku yang berlutut di tepi kasurnya, Jungkook mulai menangis dan tambah memegang perutnya kuat-kuat. Seperti efek domino, Jimin dan Taehyung pun ikut-ikutan menangis.

"Noona, hik, sakit sekali. Tolong noona, sepertinya ada monster yang masuk ke perut kookie."

"Noona, hik, noona, huhuhu"

Rasanya aku ingin ikutan menangis kala itu juga. Melihat mereka kesakitan, perutku jadi merasakan sakit juga.

Sama seperti mereka, dulu aku juga pernah keracunan makanan. Sungguh sakit sekali. Ingin memuntahkan semua namun tak ada lagi yang bisa di muntahkan. Ibuku sedang bekerja. Ayah? Jangan tanya, mungkin sedang berjudi dengan uang hasil kerja keras ibu. Berulang kali memanggil ibu namun sosok yang kuharapkan tak kunjung datang. Akhirnya aku ditemukan tetangga tergeletak pingsan di depan teras rumah, jika telat mungkin saja aku pergi ke akhirat mendahului ibuku.

"Noona... Sakit noona..."

Dengan segala kekuatan yang ada, aku menggendong Jimin lalu menyerahkannya pada Hoseok. Sedang Taehyung dan Jungkook aku gendong sendiri di masing-masing lengan.

"Namjoon dimana?"

"Tadi hyung langsung pergi ke apotek untuk mencari obat."

"Dengan mobil?"

"Iya."

"Bodoh sekali! Kenapa mereka tidak langsung kalian bawa ke rumah sakit?!"

Hoseok sedikit terkejut ketika aku membentaknya. Tangannya mengelus-elus rambut Jimin yang sedang meringis kesakitan.

"Kami kira sakitnya mungkin akan hilang kalau minum obat."

"Tidak selama ini juga! Kalau tidak diobati mereka bisa—"

Air mata ku langsung saja merembes keluar, memotong perkataanku yang sudah berada di ujung lidah dengan isakan tangis.

"Cepat kita bawa mereka ke rumah sakit."

"Aku panggilkan tak—"

"Tidak akan sempat! Naik motor saja! Mesinnya belum mati, kan?!"

Aku jadi sedikit merasa bersalah dengan Hoseok. Dia tidak salah apa-apa, lagi pula bukan dia yang menyebabkan bocah-bocah ini keracunan. Tapi sepertinya semua kemarahanku salalu jatuh kepadanya.

Sebelumnya aku berkata tidak akan mempercayai perkataan Hoseok lagi, kan? Aku akan tarik perkataanku. Hoseok itu sangat bisa di percaya kok! (Walaupun kelakuannya sangat aneh dan mencurigakan).

Hoseok segera berlari kecil keluar rumah, aku mengikutinya dengan langkah kecil-kecil. Aku ingin memarahi diri sendiri karna tidak bisa berlari cepat.

Untung saja Hoseok sudah bersiap naik ke motor dengan Jimin yang duduk di pangkuan, memeluk Hoseok dan menyandarkan kepalanya ke dada Hoseok.

Aku segera naik dengan Jungkook dan Taehyung yang memeluk leherku erat. Masih dalam keadaan air mata yang berlinang, kutahan isakanku untuk keluar. Mereka pasti akan semakin menangis kalau mendengar tangisanku.

Entah bisa dibilang keberuntungan atau tidak, Namjoon datang dengan mobil Audi R8 nya.

Jangan tanyakan padaku dari mana dia dapat uang untuk membeli mobil semahal itu karena sekarang bukan waktunya!

"Loh? Mau ke-"

"Ke rumah sakit, cepat!" ujarku dengan segera menuruni motor hijau neon butut yang katanya juga punya Namjoon, lalu masuk ke dalam mobil.

Hoseok pun mengikuti, langsung saja turun dari motor tanpa menghawatirkan mesin motor yang masih hidup. Alhasil motornya terjatuh, menimbulkan suara hancur yang menyakiti telinga.

"Hei! Kenapa langsung pergi begitu saja? Mettugi*ku kesakitan tau!" protes Namjoon kemudian berlari menuju motornya yang sudah terbaring di lantai dengan satu spion yang pecah.

(*Mettugi = Belalang)

"Heh keparat! Adik-adikmu lebih kesakitan bodoh! Cepat sebelum mobilmu berakhir lebih sadis dari si butut!"

Maafkan aku untuk siapapun yang habis aku marahi, aku tidak bermaksud untuk menyalahkan kalian atau apapun. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang lebih buruk menimpa ketiga anak kecil ini.

[Hyungie]

Note!
Yuhu... I'm comeback!
Pengennya update pas ulang tahun Taehyung, tapi lg banyak tugas jadi ketunda 😭
Tapi untuk waktu Indonesia skrg masih ulang tahun tae kan ya? Wkwk

HAPPY BIRTHDAY TO MY PRECIOUS WINTER BEAR!! SEHAT TERUS YA! JANGAN IKUT-IKUTAN KERACUNAN KAYAK DISINI! HEHE ✌

HyungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang