"Jadi?"Pikiran Aerin membeku. Otak dan mulutnya tak dapat di ajak bekerja sama. Seberusaha apapun dirinya ingin menjelaskan, mulutnya hanya mampu mengeluarkan gumaman tipis yang bahkan hampir tidak terdengar.
Setelah kejadian 'terciduk telah tinggal bersama seorang pria', Aerin membawa Nara duduk di salah satu sofa ruang tengah. Yoongi sendiri tak ambil pusing, dengan cuek melempar pink hot bra yang ada di tangannya ke tempat sampah yang ada di dekat TV, kemudian masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat-rapat.
"Aku pulang saja kalau begitu." Nara mendadak berdiri, bosan hanya mendengar gumaman tak jelas. Yang ia inginkan adalah penjelasan! Cukup sudah hatinya terasa terkhianati karena sahabat satu-satunya berhasil menipunya. Setidaknya ia harus mengetahui alasan di balik kebohongan Aerin.
"Tunggu! Iya! Aku jelaskan! Tapi duduk dulu."
"Ya sudah, cepat! Kalau tidak aku pulang!"
Nara kembali duduk dengan kedua lengan berlipat di depan dada. Alisnya menukik, sedang kakinya menghentak tak sabaran.
"Sebenarnya—"
"Kecoak! Tolong Kookie! Monster kecoak mau memakan Kookie!"
Jantung Aerin seketika lepas dari sarangnya. Jatuh mulus hingga ke anus.
Tak jauh berbeda, Nara pun melihat bocah yang sedang heboh berlarian keluar dari sebuah kamar dengan rahang yang terbuka. Jantungnya seolah kembali tertusuk dengan ribuan anak panah. Dua kali dalam sehari ia mendapat kebohongan dari seseorang yang paling ia percaya.
"K-kau sudah punya anak? Dengan pria tadi?"
Aerin sontak menggeleng, tangannya pun ikut-ikutan menggeleng. "Bukan! Aku tidak—"
"Dua anak?! Bukan satu tapi dua?!" Nara berteriak histeris ketika satu bocah yang lain ikut-ikutan keluar kamar. Ketika melihat Aerin, bocah itu langsung saja naik ke pangkuannya.
"Ada kecoak! Besar sekali! Jiminie Takut! Huhu!"
"Bukan! Dia ini—"
"Huwaaa! Kecoaknya masuk ke dalam celana Tae! Tolooooong!"
"T-tiga? Kau serius? Diumur berapa kau membuat tiga anak ini? Kau menikah muda? Simpanan om-om? Jangan bilang karena ayahmu pergi kau jadi—"
"Tidak! Tolong Dengarkan aku dulu! Jangan berpikir yang macam-macam! Hei kalian bertiga bisa diam dulu tidak?!"
Nara terdiam, begitu juga ketiga bocah yang tadinya berteriak histeris. Taehyung dan Jungkook pikir, mungkin perkataan Jimin benar. Seharusnya mereka tidak keluar kamar jika tidak ingin membuat Aerin menjadi zombie menyeramkan.
Aerin menarik napas berkali-kali untuk meredamkan kepalanya yang terasa panas. Mungkin saja setelah ini ia akan terserang demam mendadak. Lantas dengan perasaan sedikit marah, ia menurunkan Jimin yang tengah duduk di pangkuannya.
Pun Jimin segera berlari menuju dua saudaranya yang sedang berusaha mengeluarkan kecoak dari celana Taehyung, ikut membantu sampai akhirnya kecoak itu meloncat keluar lalu merayap entah kemana.
"Noona menyeramkan, seharusnya kita di dalam kamar saja." Jimin berbisik. Jungkook dan Taehyung mengangguk mengiyakan. Dengan inisiatif tersendiri, mereka melangkah kembali menuju kamar. Namun, entah sejak kapan Aerin sudah berada di depan mereka dan tanpa aba-aba membawa ketiganya menuju sofa tempat Aerin dan temannya duduk. Mengangkat mereka satu persatu duduk di salah satu sofa yang sedikit lebar.
"Maaf ya, seharusnya Noona tidak marah sama kalian."
Aerin merasa bersalah karena meluapkan kemarahannya pada mereka. Tentu saja. Ini semua salahnya. Seharusnya Aerin tidak membiarkan Nara datang kemari untuk mengerjakan tugas. Ah, bukan! Seharusnya sejak awal Aerin berterus terang kepada Nara bahwa dia bekerja menjadi pengasuh ketiga adik Seokjin untuk biaya hidup dan melunasi hutang ayahnya. Kalau ia berterus terang, semua kesalah pahaman ini pasti tidak akan terjadi. Nara itu sahabatnya, pasti akan mengerti dengan permasalahan yang sedang ia alami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hyungie
FanficAda tiga monster kecil, satu monster receh, satu monster bernapas api, satu monster penghancur, dan satu monster berotak separuh. Jika disuruh memilih satu, siapa yang akan kalian pilih untuk diasuh? 2019, Chocooky_