46

7.1K 481 16
                                    

Jangan lupa follow dan tekan bintang sebelum baca~Is always dong harusnya.

Setelahnya baca harus tinggalkan jejak ya, komen dong biar akunya semangat juga up~~

~~~~~~

"Menyebalkan, apa dia belanja lagi sepulang dari rumah sakit, handphone nya juga tidak bisa di hubungi. Kalian sedang apa? Aku akan terbang ke Daegu satu jam lagi." Jungkook.

Yongi binggung harus menjawab apa, dia tidak mungkin bohong karena Jungkook bisa melacak keberadaan Nara di mana pun. Dia juga takut jika jujur, karena emosi tuannya bisa meledak jika berhubungan dengan kakak angkatnya.

"Ketemu, mereka sedang berada di pemakaman." Suara Namjoon terdengar dan Yongi mengigit bibirnya pasrah.

"Apa, yang kalian lakukan di sana malam-malam!" Suara Jungkook meninggi

.................

Yongi diam dan tidak mampu menjawab. Sementara Jungkook langsung berjalan memasuki mobil tanpa mematikan ponselnya, Yongi takut semua jadi runyam. Jadi, dia pada akhirnya mencari alasan yang masuk akal.

"Nyonya, sepertinya sedang rindu dengan Eommanya. Saya mengatarkannya, Tuan." Yongi terpaksa berbohong.

"Berikan ponsel ini padanya, aku ingin bicara sekarang," perintahnya tegas.

"Baik." Yongi langsung berjalan mendekati Nara.

Nara masih enggan untuk bangkit meski dia tahu ada seseorang yang mendekatinya. Dengan segera dia mengusap air matanya, meski dia berharap itu suaminya. Namun, seperti biasanya. Harapan hanya tinggal harapan.

"Kau sudah datang rupanya, aku tidak pernah bisa kabur dengan baik darimu. Aku belum ingin pulang," ucap Nara sambil mendongak dan Jungkook mampu mendengarnya. Yongi lupa jika panggilan masih hidup.

"Kabur?" batin Jungkook penasaran.

"Nyonya, tuan ingin bicara." Yongi memberikan ponselnya.

Nara menghebuskan napas lalu mengambil ponsel Yongi, beruntung mata bengkaknya tidak terlihat karena ini hanya panggilan suara, bukan panggilan vidio.

"Oppa." Nara.

"What are you doing, Baby?" Jungkook menahan emosi.

"Aku--aku, ahh ... hanya rindu, Mom." Nara.

"Kenapa dengan suaramu? Kau menangis?" Jungkook.

"Tidak, aku memang sedang flu--iya sedang flu ringan." Nara berbohong.

"I miss you, jangan sakit, Baby. Ada anak kita yang harus kamu jaga." Jungkook.

Lagi-lagi kata itu dan hati Nara agak sesitif, dia mengira jika Jungkook hanya mengkhawatirkan anaknya tanpa perduli dengan dirinya. Nara menatap ke atas agar air matanya tidak jatuh lagi.

"Baby, kenapa diam?" Jungkook.

"Anak kita baik-baik saja, aku juga sudah periksa. Aku akan menjaganya dengan baik, Oppa, tidak usah khawatir dengan keadaan mereka. Aku akan ke toilet, Oppa." Nara sudah tidak kuat dan dia ingin menutup telponya.

"Aku akan ke sana sebentar, sebelum berangkat ke Daegu, tunggu aku." Jungkook.

"Hanya sebentar," batin Nara.

"Oppa, tidak usah mampir jika masih sibuk. Aku akan langsung pulang dan memastikan jika anak kita akan sehat-sehat saja sampai lahir, jika ingin pergi ke Daegu maka berangkat saja. Urusan, Oppa lebih penting dari apa pun. Aku tutup, ya. I love you." Nara langsung menekan tombol merah dan menyerahkan ponselnya pada Yongi.

KING OF MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang