27

10.1K 457 3
                                    

🍀

Tetapi merasakan tubuh Nara yang nikmat setelah hampir dua tidak pernah menyetuhnya membuatnya lupa diri.

"Arraso," sahut Nara lalu memvalikkan badan dan mencium kembali Jungkook.

Ciuman itu tidak berakhir singkat, karena mereka melakukannya lagi. Saat ini Jungkook benar-benar memperlakukannya dengan lembut seperti biasa.

🍀🍀🍀🍀🍀

Martin menerima laporan jika Natle berada di korea dan sekolah di sana. Selama ini semua tentang anak keduanya itu selalu di rahasiain sama Marcus Ayahnya. Akses untuk bertemu pun di tutup rapat.

Martin di cekal untuk masuk ke Korea, sehingga sangat susah jika ingin bertemu anak keduanya, tetapi kabar yang dia dapat adalah Natle tumbuh dengan baik dan hebat. Bahkan anak keduanya menjadi penasehat Negera di usia muda karena kejeniusannya.

Daniel agak lemah tidak seperti Natle yang kuat tanpa perasaan. Laporan yang dia terima bahwa Natle mampu mengalahkan teroris yang menyerang Ayahnya saat mereka sedang berlibur di Australia 2 tahun lalu.

Sejak itulah Martin mulai pindah arah dan menginginkan Natle berada di pihaknya bukan Ayahnya.

"Apa? Penerbangan ke Italia dari Korea? Siapa yang membawanya? Coba kau ulangi," tanya Martin tidak terima.

"Atas nama, Nara Jung beserta Jeon Jungkook dan beberapa anak buahnya. Mereka kelompok Black Jack, Tuan." Antonio melaporkan semuanya beserta buktinya.

Pria paruh baya dengan usia 40 tahun lebih itu mengeryitkan kening hingga membentuk lipatan-lipatan kecil dan kembali menghisap cerutu miliknya.

"Black Jack? Nara Jung is Natle Martin? Tidak ada kesalahan 'kan?" tanya Martin.

"Ini foto-foto mereka saat di bandara Korea, keduanya seperti sepasang kekasih, Tuan."

"Are you kidding me, hah?!" Martin langsung mengerluarkan senjata api dan mengarahkan tepat di kepala Antonio.

"Kau bisa kehilangan nyawamu jika informasi ini salah."

Martin menarik pelatuknya hingga Antonio gemetar dan memejamkan mata, "Saya siap mati jika saya salah memberi informasi."

"Stop, Martin! Suara Laura sang Kekasih menghentikannya.

"Jangan ikut campur, Ara!" bentak Martin.

"Kita bisa menyusulnya ke sana, tidak penting siapa yang membawanya. Yang penting adalah, Natle bisa kita ambil dan bawa ke sini tanpa pengawasan, Marcus." Laura berdiri sambil tersenyum genit.

"Kau memang wanita yang cerdas, tidak sia-sia aku memelihamu selama ini. Kita ke Italia sekarang." Martin kembali menghirup cerutunya sambil terbahak.

...........

Italia ....

Nara sedang mengenakan baju hangat dan memotret pemandangan sekitar dengan bahagia. Dia memang sudah kembali normal dan Jungkook sangat bahagia dengan ke adaan itu.

Yongi ikut bersama mereka beserta Jimin dan beberapa anak buah yang memiliki kekuaatan exra untuk berjaga-jaga. Jungkook adalah pimpinan Mafia terkuat di Asia dan keamanan adalah prioritas di mana pun dia berada.

Orang seperti dia memiliki banyak musuh yang mengicar, apalagi sekarang Nara bersamanya. Sudah pasti Nara akan di jadikan kelemahan oleh musuh-musuhnya.

"Oppa, foto aku dengan patung itu," rengek Nara.

"Sedari tadi terus berfoto apa tidak bosan, hah? Kita kembali ke hotel, ya?" rayu Jungkook.

"Oppa, tidak seru dan aku akan marah jika kamu terus merajuk seperti ini. Aku masih mau jalan-jalan lagi, kita belum menaiki kapal menyusuri sungai di kota Venise," sahut Nara.

"Baiklah-baiklah, kisa ke sana. Aku akan pergi sebentar ke suatu tempat, kamu pergi ke sana bersama Yongi dulu, nanti aku menyusul," ucap Jungkook dan Nara memberi 2 jempol.

"Siap komandan!"

Jungkook tertawa lalu menekan tengkuk Nara dan mereka berciuman panas di depan umum. Ini Italia dan berciuaman adalah hal biasa.

"I love you," ucap Jungkook.

"Love you too much, daaaa, Oppaa!" sahut Nara dengan semangat.

"Paman robot, sini foto aku dulu." Nara menyerahkan kameranya.

Yongi mengambil lalu memotret asal dan Nara mengambil hasilnya lalu memanyunkan bibirnya kesal, "Apaan ini, masak miring kayak ngini, Paman Robot bisa ngak sih foto!" bentak Nara.

"Hitung dulu kalau mau fotoin," ucap Nara.

"Maaf," sahut Yongi singkat.

"Foto lagi, ya?" tanya Nara dan Yongi mengeleng.

"Kita harus berangkat ke Venise, jika terlalu lama maka waktu keburu malam, Nona." Yongi mempersilahkan Nara jalan. Meski kesal, tetapi pada akhirnya Nara juga mengikutinya.

Mereka menaiki mobil menuju ke lokasi. Perjalanan menuju ke sana memelurkan waktu hingga satu jam lebih. Namun di pertengahan jalan tiba-tiba sebuah mobil menghadang mereka.

Dua mobil menyalip dan membentang menghalangi mereka. Yongi mengerem mobil dan berbicara lewat earphone di telinga pada anak buahnya yang mengikuti dari jauh.

"Kalian bersiap," ucap Yongi.

Segerombolan orang berjas hitam keluar dari mobil dengan membawa senjata lengkap. Mereka mengarahkan senjata ke arah mobil Yongi hingga Nara menatap Yongi yang mulai siaga.

"Nona, pegang ini. Apa pun yang terjadi tolong jangan keluar, jika terjadi apa-apa dengan kami--" Yongi tersenyum, "Tolong segera melarikan diri secepatnya."

"Siapa mereka, Paman?" tanya Nara sok ketakutan.

"Saya juga belum bisa memastikan, saya akan melindungi anda. Tolong tenang," ucap Yongi.

.
.
.

Tbc

"

.
.
.
.
.

.

KING OF MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang